Michael Kovrig, seorang mantan diplomat, dan Michael Spavor, konsultan ternama untuk urusan bisnis Korea Utara, telah ditahan di Beijing selama enam pekan. Keduanya diketahui telah bertemu banyak pejabat, peneliti serta cendekiawan di Tiongkok saat menjalankan tugas mereka masing-masing.
"Penahanan ini mengesankan bahwa pekerjaan konstruktif seperti (yang dilakukan Kovrig dan Spavor) tidak dapat diterima, atau bahkan berisiko besar di Tiongkok," tulis grup tersebut, seperti diungkap dari laman Telegraph, Selasa 22 Januari 2019.
"Hal tersebut dapat memperbesar ketidakpercayaan, dan mempersulit upaya dalam menangani ketidaksepahaman dalam berbagai hal. Hubungan Tiongkok dengan seluruh dunia dikhawatirkan memburuk," lanjut mereka.
Kovrig dan Spavor menghilang saat ketegangan terjadi antara Kanada dan Tiongkok usai Meng Wanzhou, petinggi perusahaan telekomunikasi Huawei, ditangkap di Vancouver pada Desember tahun lalu. Meng ditangkap atas permohonan ekstradisi Amerika Serikat terkait pelanggaran sanksi ekonomi Iran.
Meski Beijing membantah adanya kaitan hubungan antara penahanan dua warga Kanada dengan Meng, Kvorig dan Spavor ditangkap tak lama usai Negeri Tirai Bambu mengancam "konsekuensi serius" atas kasus Huawei.
Pekan lalu, Tiongkok menjatuhkan vonis hukuman mati kepada seorang warga Kanada dalam kasus penyelundupan narkotika. Sejumlah pakar menilai vonis itu merupakan contoh lain dari aksi balasan Tiongkok terhadap penangkapan Meng.
Baca: Tiongkok Vonis Mati Pria Kanada atas Penyelundupan Narkoba
Dari seratusan tokoh yang tergabung dalam surat terbuka, terdapat mantan Menteri Luar Negeri Inggris Sir Malcolm Rifkind, mantan Duta Besar Inggris untuk Tiongkok Sir Christopher Hum dan anggota parlemen Lord David Alton.
Saat ini Meng menjadi tahanan rumah selama menunggu kelanjutan dari kasusnya. Sementara Kovrig dan Spavor diizinkan menerima bantuan konsuler selama penahanan mereka di Beijing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News