“Pelaku penyerangan masuk ke dalam tempat ibadah saat jamaah melakukan doa malam pada Jumat,” ujar seorang pejabat Desa Salmossi, menurut Ernest Bouma Nebie, seperti dikutip ABC News, Senin, 14 Oktober 2019.
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Provinsi Oudalan dekat perbatasan dengan Mali. Tetapi kelompok-kelompok ekstremis yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda dan kelompok Islamic State (ISIS) aktif di wilayah tersebut.
Menurut badan pengungsi PBB (UNHCR) peningkatan serangan di sepanjang perbatasan dalam beberapa bulan terakhir telah memaksa lebih dari seperempat juta orang melarikan diri.
Ini bukan serangan pertama pada tempat ibadah di Burkina Faso. Pada Mei, orang-orang bersenjata membunuh enam anggota paroki di Dablo di provinsi Sanmatenga, dan orang-orang bersenjata di Sirgadji menyerang sebuah gereja, membunuh seorang pendeta.
Pada bulan yang sama, setidaknya lima penyembah Katolik terbunuh dalam kebaktian hari Minggu dan belasan lainnya terluka di Toulfe.
Pada September 2018, orang-orang bersenjata menyerang sebuah masjid di Djabiga di timur, menewaskan lima orang.
Pada Sabtu sekitar 1.000 orang berkumpul di ibu kota, Ouagadougou, atas undangan belasan organisasi masyarakat sipil untuk mengecam terorisme dan keberadaan pangkalan militer asing di Afrika.
Burkina Faso yang dulu pernah damai mengalami serangan ekstremis besar pertamanya pada 2015 dan sekarang adalah anggota dari pasukan kontraterorisme lima negara yang diluncurkan pada 2017, G5 Sahel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id