"Saat ini, sekitar 95 warga sipil tewas. Mayat-mayat itu dibakar, kami masih terus mencari yang lainnya," kata seorang pejabat desa tersebut, dilansir dari AFP, Senin, 10 Juni 2019.
Salah satu sumber keamanan Mali di lokasi pembantaian itu mengatakan Desa Dogon hampir musnah. Pejabat setempat menyebut para penyerang datang dan mulai menembak.
"Mereka juga membakar dan menjarah desa," tutur sumber tersebut.
Desa itu dihuni sekitar 300 penduduk. Serangan tersebut menjadi insiden terbaru siklus kekerasan di Mali tengah.
Kekerasan tersebut dimulai ketika sebuah kelompok militan Fulani yang didominasi oleh pendeta Amadou Koufa muncul di wilayah tersebut. Kelompok ini mulai menargetkan etnis Bambara dan Dogon.
Fulani juga dikenal sebagai Peul. Pada umumnya mereka merupakan peternak dan pedagang, sementara Bambara dan Dogon secara tradisional bekerja sebagai petani.
Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Mali (MINUSMA) pada 16 Mei lalu mengumumkan sedikitnya 488 orang tewas akibat kekerasan tersebut sejak Januari 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News