Warga Irak menentang kekerasan yang dilakukan pihak pemerintah. Foto: AFP
Warga Irak menentang kekerasan yang dilakukan pihak pemerintah. Foto: AFP

Ribuan Warga Irak Menentang Tindakan Keras Pemerintah

Arpan Rahman • 28 Oktober 2019 18:14
Baghdad: Ribuan pemrotes Irak berdiri menantang di Lapangan Tahrir, Baghdad. Mereka menuntut hak-hak sipil, menentang tindakan keras yang menewaskan puluhan orang selama akhir pekan dan serangan malamnya oleh pihak berwenang yang berupaya menghentikan mereka.
 
Para pengunjuk rasa mendirikan barikade di sebuah jembatan yang mengarah ke Zona Hijau Baghdad yang dibentengi. Sementara pasukan keamanan melontarkan tabung gas air mata ke arah mereka. Sumber-sumber medis mengatakan bahwa 77 orang telah terluka.
 
Sebelumnya pada Minggu, ulama populis Irak Moqtada Al Sadr menarik dukungannya bagi Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi. Seraya menuduhnya gagal memenuhi tuntutan pengunjuk rasa.

Bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa menewaskan sedikitnya 63 orang dan melukai 2.592 dalam dua hari terakhir, kata seorang pejabat Komisi Hak Asasi Manusia Irak kepada The National, Minggu.
 
Meskipun negara mereka menjadi pusat global utama untuk minyak, banyak warga Irak hidup dalam kemiskinan dan memiliki akses terbatas ke air bersih, listrik, perawatan kesehatan, dan pendidikan.
 
Para pengunjuk rasa menyalahkan elit politik dan mengatakan mereka tunduk pada sekutu regional dengan cara yang tidak mempertimbangkan sebagian besar rakyat Irak.
 
Ribuan orang juga berkumpul pada Minggu di tiga kota selatan Nasiriya, Hilla, dan Kerbala. Anggota Saeroon blok anggota parlemen menuntut pemerintah mengundurkan diri dan memulai protes di Parlemen.
 
"Kami sedang dalam perjalanan sekarang ke Parlemen untuk melakukan aksi duduk sampai diberlakukannya semua reformasi yang dituntut rakyat Irak," kata anggota parlemen Badr Al Zayadi, disitir dari The National, Senin 28 Oktober 2019.
 
Blok itu, yang terbesar di Irak, terkait dengan Al Sadr, ulama yang juga menyerukan pemilu awal diawasi oleh PBB. Dia dikenal sebagai pengatur pemerintah saat ini setelah Saeroon mendapatkan mayoritas kursi dalam pemilu Mei.
 
Pada Jumat dapat disaksikan kembalinya gerakan protes yang mengguncang negara bulan ini. Di hari pertama protes, Mohamed Al Shafajy berkata kepada The Nasional dengan darah menetes dari tangannya setelah dia menyaksikan pembunuhan seorang demonstran di jembatan Jumhuriya.
 
"Darah itu berasal dari salah satu martir yang hidupnya direnggut atas perintah perdana menteri," kata Al Shafajy.
 
"Mereka memiliki milisi Iran yang membunuh orang Irak. Ini adalah protes rakyat, mereka bukan milik partai atau kekuatan apa pun," tegasnya.
 
Abdul Rahman Berzanji, seorang demonstran yang terluka di Baghdad, berkata: "Dalam pidato terakhirnya perdana menteri mengatakan dia tidak akan menargetkan para pengunjuk rasa.
 
"Saya terkena peluru langsung di kepala dan kaki selama dua hari terakhir. Kita semua di sini di Tahrir Square menentang korupsi," tuturnya.
 
Pemerintah harus memberikan perlindungan dan keamanan bagi orang-orang untuk berdemonstrasi dengan aman dan buat memisahkan mereka yang mencoba menyusup ke dalam gerakan, kata Ali Al Bayati, anggota Komisi Hak Asasi Manusia Irak, kepada The National.
 
"Pemerintah harus melakukan dialog langsung dengan perwakilan dari pemrotes untuk memenuhi permintaan mereka," kata Al Bayati.
 
Para pengunjuk rasa marah dengan pihak berwenang karena gagal mengakhiri penderitaan mereka dan karena tidak melindungi mereka selama demonstrasi, katanya.
 
"Lebih dari 22 persen warga Irak hidup di bawah garis kemiskinan dan pemuda Irak adalah 60 persen dari populasi," kata Al Bayati.
 
Ratusan mahasiswa dan wanita turun ke jalan-jalan di Baghdad pada Minggu untuk bergabung dengan gerakan protes.
 
Di protes Minggu terlihat sejumlah besar perempuan dan gadis muda masih di sekolah. Hampir 100 siswa berkumpul di depan gerbang SMA mereka dalam solidaritas dengan protes.
 
PM Abdul Mahdi menggunakan pasukan elit anti-terorisme Irak untuk melindungi sejumlah gedung pemerintah di sekitar Baghdad dari "unsur-unsur yang tidak disiplin mengambil keuntungan dari pasukan keamanan yang sibuk melindungi protes dan pengunjuk rasa", kata pemerintah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan