Assad bersama sekelompok orang yang mengklaim ditahan oposisi selama tiga tahun. (Foto: Sky News)
Assad bersama sekelompok orang yang mengklaim ditahan oposisi selama tiga tahun. (Foto: Sky News)

Assad Bertekad Rebut kembali Setiap Inci Wilayah Suriah

Willy Haryono • 17 Februari 2017 05:30
medcom.id, Damaskus: Presiden Suriah Bashar al-Assad bertekad merebut kembali "setiap inci" dari wilayah di negaranya. 
 
Dalam sebuah wawancara dengan media Prancis, Assad meyakini dirinya bisa mengakhiri perang sipil yang telah memasuki tahun ke enam. Namun ia menyebut pertempuran melawan kelompok militan Islamic State (ISIS) di Raqqa bukan prioritas utama. 
 
Raqqa adalah kota yang diklaim ISIS sebagai markas besar mereka di Suriah. Kota tersebut menjadi fokus serangan oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS).

Menurut Assad, Raqqa bukan prioritas karena ISIS ada "dimana-mana." 
 
"Semua tempat menjadi prioritas tergantung perkembangan di medan perang," tutur dia, seperti dikutip Sky News, Kamis 16 Februari 2017. 
 
"Mereka ada di Palmura saat ini dan di bagian selatan Suriah. Bagi kami, semua sama. Raqqa, Palmyra, Idlib, semuanya sama," sambung Assad. 
 
Assad Bertekad Rebut kembali Setiap Inci Wilayah Suriah
Bendera hitam khas ISIS
 
Assad membantah rezimnya terlibat penyiksaan seperti yang dituduhkan grup hak asasi manusia Amnesty International. Menurut Amnesty, sekitar 13 ribu orang dieksekusi di sebuah penjara bernama "tempat jagal" di dekat Damaskus. 
 
Amnesty menyebut para tahanan di penjara itu digantung usai menjalani "persidangan palsu" yang berlangsung hanya beberapa menit. 
 
Membantah keras, Assad menegaskan "laporan kekanak-kanakan" Amnesty sama sekali "tidak mengandung fakta atau bukti. "Mereka bilang telah mewawancarai sejumlah saksi, yang merupakan oposisi. Jadi laporan itu bias," kata Assad. 
 
"Untuk apa kami menyiksa? Untuk mendapat informasi? Kami punya semua informasi," tegas dia. 
 
Sementara itu negosiasi di level internasional untuk mengakhiri konflik Suriah yang telah menelan lebih dari 300 ribu jiwa masih berlanjut. 
 
Perwakilan dari pemerintah Suriah dan pemberontak menggelar dialog terbaru di Kazakhstan pada Kamis bersama Rusia, Turki dan Iran. Tujuan dialog adalah memperkuat gencatan senjata di Suriah yang sudah berjalan enam pekan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan