Pengunduran pasukan dari Hodeidah adalah bagian penting dari gencatan senjata yang disepakati di Swedia pada Desember. Isinya menyerukan kepada pemerintah dan Houthi agar memindahkan pasukan dari pelabuhan.
Kesepakatan gencatan senjata yang rapuh menandai langkah pertama menuju akhir perang yang menghancurkan. Pertikaian tersebut telah mendorong Yaman ke ambang kelaparan.
Setelah dua hari perundingan di Hodeidah, pemerintah dan Houthi menyelesaikan kesepakatan pada fase pertama. Pada prinsipnya juga sepakat menuju fase kedua, bunyi satu pernyataan PBB.
Pembicaraan tersebut dipimpin oleh jenderal Denmark, Michael Lollesgaard, sebagai ketua komite koordinasi pemindahan (RCC) yang mencakup pemerintah dan Houthi.
"Setelah diskusi panjang tapi konstruktif yang difasilitasi oleh ketua RCC, para pihak mencapai kesepakatan tahap satu dari penempatan kembali pasukan bersama," kata pernyataan PBB, seperti disitir dari laman Guardian, Senin 18 Februari 2019.
Sisi ini menjadi "kemajuan penting ihwal rencana pemindahan pasukan". Tetapi tidak ada jadwal yang ditetapkan demi memulai demiliterisasi.
"Para pihak juga setuju, pada prinsipnya, pada fase dua dari pemindahan bersama, sambil menunggu konsultasi tambahan dalam kepemimpinan masing-masing," cetusnya.
Fase pertama menyajikan penarikan dari pelabuhan Hodeidah, Saleef, dan Ras Issa, dan dari bagian Hodeidah di mana terdapat fasilitas kemanusiaan. Berdasarkan perjanjian Stockholm, pengunduran seharusnya terjadi dua pekan setelah gencatan senjata diberlakukan pada 18 Desember. Tetapi tenggat waktu itu sudah terlewatkan.
PBB berharap bahwa de-eskalasi di Hodeidah akan memungkinkan makanan dan bantuan medis mencapai jutaan warga yang sangat membutuhkan.
Pelabuhan di Laut Merah ialah pintu masuk bagi sebagian besar barang impor dan bantuan kemanusiaan ke Yaman. PBB menggambarkan situasi di negeri itu sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Babak baru direncanakan dalam waktu sepekan buat menyelesaikan detail pada tahap kedua pemindahan, kata pernyataan PBB. Gencatan senjata dan mundurnya Hodeidah yang disepakati di Stockholm dianggap sebagai terobosan mengakhiri perang hampir empat tahun di Yaman.
Sekitar 10.000 orang tewas dalam perang itu, menurut angka dari Organisasi Kesehatan Dunia, tetapi kelompok-kelompok hak asasi mengatakan jumlah korban jiwa jauh lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News