medcom.id, Caracas: Presiden Venezuela Nicolas Maduro berjanji pada Kamis 1 Juni 2017 untuk mengadakan referendum mengenai pemberlakuan undang-undang baru. Ia mengusulkan referendum demi mencoba meredakan dua bulan kerusuhan anti-pemerintah yang telah menewaskan sedikitnya 62 orang.
Komentarnya muncul setelah kritik dari seteru dan sebagian jajaran pemerintahannya sendiri bahwa rencananya untuk menciptakan lembaga super baru, yang dikenal sebagai majelis konstituen, buat mengamandemen UU itu anti-demokrasi.
Jaksa penuntut umum negara, Luisa Ortega, mengatakan bahwa mendirikan sebuah majelis tanpa plebisit, seperti yang terjadi pada 1999 ketika pendahulu Maduro, Hugo Chavez, merancang ulang konstitusi, menjadi ancaman untuk "menghapuskan" demokrasi di Venezuela.
"Saya akan mengusulkannya secara eksplisit: konstitusi baru akan menjadi referendum konsultatif, jadi orang-orang yang mengatakan apakah mereka sepakat atau tidak dengan konstitusi yang baru, tetap memperkuat konstitusi," kata Maduro di televisi pemerintah, seperti dikutip Eyewitness News dari Reuters, Jumat 2 Juni 2017.
Tidak ada reaksi langsung dari oposisi Venezuela, yang sekarang mendapat dukungan mayoritas setelah bertahun-tahun berada dalam bayang-bayang kekuasaan Partai Sosialis, yang popularitasnya telah merosot saat krisis ekonomi parah berkecamuk di negara tersebut.
Para seteru cenderung mencoba mengubah referendum menjadi pemungutan suara menyoal kekuasaan Maduro sendiri. Mereka telah menyerukan pemilihan presiden berikutnya, dijadwalkan akhir 2018, untuk dipercepat.
Pemerintah sudah mengatakan pemilihan bagi majelis konstituen baru akan diadakan pada akhir Juli, meskipun para pemimpin oposisi mengatakan bahwa proses tersebut sudah miring demi memastikan mayoritas pro-Maduro.
Tidak ada kabar kapan plebisit itu akan digelar. Sebelumnya, pihak berwenang mengumumkan bahwa orang-orang bersenjata membunuh hakim yang terlibat dalam penghukuman pemimpin politik Venezuela yang paling terkenal, Leopoldo Lopez.
Hakim Nelson Moncada, 37 tahun, ditembak dan dirampok barang-barangnya saat ia berupaya melepaskan diri dari penyergapan jalanan pada Rabu 31 Mei malam di distrik El Paraiso, Caracas, suatu tempat yang biasa terjadi bentrokan, kantor kejaksaan mengatakan.
Pekan ini telah terlihat kekerasan meluas di sekitar ibu kota Venezuela. Pasukan keamanan berulang kali memecah barisan massa pendukung oposisi yang bergerak ke kantor-kantor pemerintah di pusat kota. Pertikaian antara pasukan dan demonstran berlanjut hingga malam hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News