"Orang-orang yang dimaksud adalah warga Saudi. Mereka ditahan di Arab Saudi, dan penyelidikannya juga berjalan di Arab Saudi. Mereka juga akan diadili di Arab Saudi," tegas Menlu Adel al-Jubeir dalam sebuah forum pertahanan regional di Manama, Bahrain, Sabtu 27 Oktober 2018.
Khashoggi, 59, tinggal terasing di Amerika Serikat sejak 2017. Ia dinyatakan hilang usai memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober untuk mendapatkan sertifikat perceraian.
Namun Khashoggi tak kunjung keluar dari konsulat. Turki menduga Khashoggi dibunuh, namun Arab Saudi dengan keras membantahnya.
Baca: Tunangan Jamal Khashoggi Tolak Undangan Trump
Sekitar dua bulan berselang, Arab Saudi akhirnya mengakui Khashoggi memang tewas di konsulat, namun akibat perkelahian. Turki dan sejumlah pihak tidak begitu saja memercayai keterangan Saudi.
Dalam pidato di Ankara, Erdogan menyebut pembunuhan Khashoggi sudah direncanakan berhari-hari. Jaksa Agung Arab Saudi yang datang ke Turki mengakui hal tersebut, setelah memeriksa sejumlah bukti yang dihadirkan otoritas Turki.
Erdogan kembali berpidato di Ankara dan mengatakan dirinya masih memiliki tambahan informasi mengenai Khashoggi. "Tapi kami merasa tidak perlu untuk terburu-buru (mengungkapkannya)," sebut Erdogan.
Seorang ahli dari Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) menyebut pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi sebagai sebuah eksekusi di luar hukum. Dia menyerukan penyelidikan internasional.
"Bahkan Arab Saudi sendiri telah mengakui bahwa kejahatan itu direncanakan dan melibatkan pejabat negara," ujar Pelapor Khusus PBB tentang Eksekusi di Luar Hukum dan Eksekusi Sewenang-wenang, Agnes Callamard.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News