"Saudi telah melakukan kesalahan strategis dalam mengadopsi keputusan terburu-buru yang telah menebarkan ketidakstabilan dan memicu tumbuhnya terorisme di kawasan," kata Abdollahian, seperti dlaporkan kantor berita IRNA, Senin (4/1/2016).
Eksekusi terhadap ulama Nimr al-Nimr memicu protes di negara-negara yang didominasi Muslim Syiah di Timur Tengah. Di Iran, pendemo menyerang Kedutaan Besar Saudi dan sebuah gedung konsulat di Mashhad.
Serangan terhadap Kedubes membuat Saudi memutuskan hubungan dengan Iran. Kedua negara ini sudah bersitegang sejak lama.
Dalam beberapa tahun terakhir, Saudi dan Iran terpecah atas perang sipil di Suriah. Iran mendukung rezim Suriah, sementara Saudi meluncurkan serangan terhadap pemberontak di Houthi di Yaman yang mendapat dukungan Iran.
Abdollahian juga mengatakan Saudi "telah menghancurkan kepentingan warganya dan Muslim di kawasan dengan plot menurunkan harga minyak."
Iran dan Saudi adalah negara produsen minyak besar. Namun jumlah produksi Riyadh jauh lebih besar dari Teheran.
Akibat ketegangan terbaru kedua negara, harga patokan minyak dunia Brent naik lebih dari 2,5 persen, dan lebih dari USD1 per barel ke level tertingginya pada pagi ini di level USD38,50 per barel, sebelum berkurang kembali ke USD38,28 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News