Seperti dikutip AFP, ini merupakan kali keduanya perbatasan dibuka setelah Otoritas Palestina menguasai perlintasan dari organisasi Hamas yang menguasai Gaza.
Dengan dibukanya perbatasan, orang-orang dapat menyeberang ke Mesir untuk memperoleh perawatan medis yang tidak tersedia di Gaza. Para pemuda di Gaza juga dapat pergi ke Mesir untuk mendaftarkan diri ke universitas atau mencari pekerjaan.
Suasana haru terlihat di Rafah, saat sejumlah keluarga mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang tercinta mereka. Rafah adalah satu-satunya perlintasan di Gaza yang tidak dikuasai Israel.
Hamas menyerahkan kekuasaan di Gaza kepada Otoritas Palestina pada 1 November sebagai bagian dari perjanjian rekonsiliasi yang dimediasi Mesir. Perjanjian ini bertujuan mengakhiri perselisihan antara Hamas dan faksi Fatah.
Seharusnya Hamas menyerahkan kontrol publik sejak penuh ke Otoritas Palestina pada 1 Desember. Namun tanggal tersebut terlewatkan atas pertimbangan nasib puluhan ribu pegawai negeri sipil yang direkrut Hamas usai merebut kekuasaan di Gaza pada 2007.
Mesir membuka perbatasannya selama tiga hari bulan lalu, yang merupakan kali pertama sejak perjanjian rekonsiliasi. Sebelum itu, perbatasan hanya dibuka selama 14 hari sepanjang 2017.
Lebih dari 20 ribu orang di Gaza mendaftarkan diri untuk dapat masuk ke Mesir. Sekitar 200 orang telah melintasi perbatasan pada Sabtu pagi, 10 di antaranya terkait kasus medis.
Baik Israel maupun Mesir memblokade Gaza selama bertahun-tahun, dengan alasan utamanya adalah demi mengisolasi Hamas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News