Salah satu surat kabar Australia mengabarkan bahwa Australia dan AS akan bertemu dalam beberapa hari ke depan untuk membicarakan susunan pemukiman.
"Jika itu benar terjadi, ini akan menjadi prestasi besar dalam pemerintahan Malcolm Turnbull," ucap Menteri Industri Pertahanan Australia, Christopher Pyne seperti dikutip Guardian, Jumat (11/11/2016).
Ia mengatakan belum ada kesepakatan yang terbentuk, namun jika terjadi, akan menjadi kemenangan bagi pemerintahan Australia terkait pengungsi.
Pyne menambahkan masih ada banyak waktu untuk membuat pengumuman tersebut sebelum pelantikan presiden terpilih AS, Donald Trump pada 20 Januari 2017 nanti.
.jpg)
Pulau Nauru/AFP
Sementara, Trump saat kampanye pilpres pernah beretorika bahwa ia akan melarang adanya pengungsi masuk ke AS jika dirinya menjadi presiden.
Padahal, mayoritas pengungsi di Nauru dan Pulau Manus adalah warga dari Sri Lanka, Pakistan, Bangladesh, Irak dan bahkan orang tanpa kewarganegaraan.
"Pengungsi ini, jika mereka menetap di AS, akan menjadi hal yang sangat baik," tutur Menteri Tenaga Kerja Australia, Anthony Albanese.
Sejumlah kelompok HAM dan PBB pun kini terang-terangan mengkritik Nauru yang gagal melindungi para anak-anak pengungsi dan pencari suaka.
Namun, Turnbull mengelak dan mengatakan bahwa strategi tersebut adalah salah satu langkah untuk mengatur pemukiman kembali bagi para pencari suaka.
Sementara, pusat penahanan di Manus, Papua Nugini tetap menahan 823 orang, padahal pusat penahanan ini sudah diminta Mahkamah Agung Papua Nugini untuk ditutup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
