Kepolisian Kenya telah meluncurkan investigasi mengenai mengapa para siswa panik dan berlarian meninggalkan area sebuah sekolah di kota Kakamega. Insiden terjadi sekitar pukul 17.00 waktu setempat.
Usai tragedi tersebut, polisi menutup lokasi kejadian dan meminta keterangan semua staf sekolah. Tayangan media lokal memperlihatkan sekelompok orang tua berkumpul di depan unit gawat darurat di sebuah rumah sakit di kota Kakamega.
"Kami kehilangan 13 anak dalam peristiwa nahas ini. Sejumlah anak lainnya masih dirawat di rumah sakit," ucap Kepala Kepolisian Kakamega, David Kabena, kepada awak media.
"Investigasi masih dilakukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi saat itu," sambung dia, seperti dilansir dari laman AFP.
Salah satu orang tua siswa menyalahkan jajaran guru atas insiden tersebut. "Beberapa korban selamat mengaku berlarian karena ada guru yang memukuli mereka. Itulah mengapa anak-anak berusaha melarikan diri sehingga ada yang terinjak-injak," tutur ibu tersebut dalam wawancara bersama media lokal.
Hingga saat ini pihak Sekolah Dasar Negeri Kakamega belum mengeluarkan pernyataan apapun.
Wakil Presiden Kenya William Ruto menuliskan keprihatinannya atas insiden di Kakamega via Twitter. "Doa kami menyertai keluarga dan kerabat dari korban tragedi nahas ini," ungkapnya.
Tragedi di Kakamega terjadi dua hari usai 20 orang tewas terinjak-injak dalam acara kebaktian di sebuah gereja di Tanzania, negara tetangga Kenya.
Pada 2016, sembilan anak tewas dalam kebakaran di sebuah sekolah menengah atas khusus putri di wilayah Kibera, Nairobi, Kenya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News