"Kita perlu menangani wabah korona ini dengan mengedepankan persatuan, kerja sama dan kohesi dari semua elemen bangsa," kata Menteri Dalam Negeri Iran Abdul-Ridha Rahmani Fadli, seperti dikutip dari kantor berita IRNA.
Abdul-Ridha mengatakan saat ini pihaknya sedang mempelajari segala sesuatu seputar virus korona COVID-19 dan juga dampaknya terhadap perekonomian Iran.
Sebelumnya, Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei mencurigai adanya pihak-pihak tertentu yang sengaja menggunakan isu korona agar warga takut mengikuti pemilihan umum legislatif.
"Media mereka (musuh Iran) memanfaatkan kesempatan untuk menakut-nakuti warga dengan menggunakan isu penyakit dan virus (korona)," tutur Ayatollah dari kantornya di Teheran.
Iran melaporkan kemunculan virus korona COVID-19 dua hari menjelang pemilu parlemen. Angka kematian 14 orang di Iran merupakan yang tertinggi di luar Tiongkok.
Virus korona COVID-19 pertama kali terdeteksi di provinsi Hubei, Tiongkok, pada Desember 2019. Sejak Januari hingga saat ini, virus tersebut telah bermunculan di banyak negara.
Senin kemarin, Afghanistan, Bahrain, Irak, Kuwait, dan Oman telah mengumumkan kasus perdana korona COVID-19.
Berdasarkan data terbaru Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok dan situs pemantau John Hopkins CSSE, total kematian akibat korona di level global menyentuh angka 2.699, dengan total kasus 80.150. Sementara jumlah pasien sembuh telah mencapai 27.689.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
