Berdasakan data situs pemantau John Hopkins CSSE, jumlah kasus korona di Iran mencapai 95 dengan 16 kematian. Jumlah korban tewas akibat korona di Iran merupakan yang tertinggi di luar Tiongkok, negara pusat penyebaran COVID-19.
Rouhani menilai tudingan AS sebagai "salah satu rencana musuh dalam memicu kepanikan" di seantero Iran.
"Kita semua harus bekerja dan beraktivitas seperti biasa, namun tetap berhati-hati," kata Rouhani. "Jika ada kasus dugaan (korona), maka orang yang bersangkutan harus dibawa ke rumah sakit," lanjutnya, disitat dari Newsweek, Rabu 26 Februari 2020.
Ia bertekad situasi di Iran akan kembali normal pada Sabtu mendatang, kecuali jika terjadi sebuah "situasi khusus." Ia menegaskan bahwa pemerintahannya melaporkan informasi secara berkala terkait penyebaran korona.
"Kebenaran mengenai virus (korona) harus disampaikan kepada masyarakat," tegas Rouhani.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mempertanyakan sejumlah pernyataan pejabat Iran terkait korona. "Amerika Serikat sangat khawatir mengenai Iran yang mungkin menyembunyikan beberapa detail mengenai wabah (korona) di negara tersebut," sebut Pompeo kepada awak media di Washington.
"Semua negara, termasuk Iran, harus menyampaikan kebenaran mengenai virus korona, dan bekerja sama dengan sejumlah organisasi internasional," sambungnya.
Setelah Pompeo, juru bicara Kemenlu AS mengatakan kepada Newsweek, bahwa "pihak yang sepatutnya disalahkan atas menyebarnya virus korona di Iran adalah pemerintahan mereka sendiri."
"Rezim (Iran) dikenal sering berbohong kepada rakyatnya, seperti dalam penembakan pesawat Ukraina pada Januari lalu yang menewaskan 176 orang. Ada sejumlah laporan bahwa beberapa pejabat rezim menyembunyikan informasi akurat mengenai wabah ini," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News