Bencana ini menjadi wabah ke-10 sejak 1976 di DR Kongo, dan pertama kali dilaporkan menjangkiti warga pada 1 Agustus di provinsi Kivu Utara. Laporan muncul beberapa jam setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa wabah Ebola di provinsi Equateur telah berakhir.
Wabah terbaru ini tidak terkait dengan kasus di Equateur, tetapi melibatkan varian virus Ebola yang ditemukan di Zaire. Sebanyak 44 kasus demam hemoragik, gejala utama virus Ebola, dilaporkan muncul di Kivu Utara.
Tujuh belas orang dikonfirmasi terjangkit Ebola, dan 27 lainnya masih terduga. Sebanyak 54 kasus dugaan Ebola di Kivu Utara masih diselidiki.
Kivu Utara adalah salah satu daerah yang paling banyak penduduknya di DRC.
"Berita buruknya adalah varian dari virus Ebola ini tercatat memiliki tingkat kematian tertinggi dari varian lain," kata Wakil Direktur Jenderal WHO untuk Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat, Peter Salama.
"Jadi, ini adalah varian virus Ebola yang paling mematikan. Itulah berita buruknya. Kabar baiknya adalah kita memiliki -- meskipun masih berupa produk percobaan -- vaksin aman dan efektif yang dapat kami gunakan. Ini akan menjadi operasi yang sangat, sangat kompleks," cetus Salama, seperti disitir dari UPI, Sabtu 11 Agustus 2018.
Dari empat varian yang dapat menjangkiti manusia, Ebola di Zaire adalah yang paling mematikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News