Bukan sembarang es, inti es yang diambil dari lapisan dalam Antarktika ini menyimpan jejak sejarah iklim Bumi selama jutaan tahun.
Para peneliti meyakini bahwa es ini bisa merevolusi pemahaman kita tentang perubahan iklim.
“Ini adalah periode yang sama sekali tidak diketahui dalam sejarah Bumi kita,” kata Kepala Penelitian Inti Es, British Antarctic Survey, Dr Liz Thomas, dilansir BBC, Sabtu, 19 Juli 2025.
Baca juga: Bongkahan Gunung Es Sebesar Kota New York Terlepas dari Antarktika
|
Dalam es tersimpan jejak waktu
Di balik kejernihannya, es ini mengandung debu kuno, abu vulkanik, dan alga laut mikroskopis (diatom) yang membeku jutaan tahun lalu.Saat es meleleh perlahan di laboratorium khusus, material ini akan memberi informasi penting seperti pola angin kuno, suhu dan curah hujan masa lampau, hingga permukaan laut jutaan tahun lalu
Penelitian akan menggunakan inductively coupled plasma mass spectrometer (ICPMS) untuk mengidentifikasi lebih dari 20 unsur dan logam jejak, termasuk unsur tanah jarang, garam laut, dan indikator letusan gunung berapi.
Perjalanan panjang es purba
Inti es setebal 2,8 km ini diekstraksi dari Antarktika Timur, dekat basis Concordia, lalu dipotong menjadi blok 1 meter, diangkut dengan kapal, dan akhirnya tiba di Cambridge menggunakan van pendingin khusus.“Memegang itu dengan tangan yang dilapisi sarung tangan dengan hati-hati dan sangat berhati-hati agar tidak menjatuhkan bagian-bagiannya - itu adalah perasaan yang luar biasa,” ujar Insinyur Ekspedisi Kutub, James Veale.
Mengungkap misteri transisi mid-pleistosen
Salah satu fokus utama penelitian ini adalah menjawab teka-teki perubahan iklim besar yang dikenal sebagai Transisi Mid-Pleistosen sekitar 800.000 hingga 1,2 juta tahun lalu.Sebelum periode itu, siklus glasiasi Bumi terjadi setiap 41.000 tahun. Namun tiba-tiba, siklus berubah menjadi 100.000 tahun, sebuah pergeseran besar yang hingga kini belum terpecahkan.
“Sistem iklim kita telah mengalami begitu banyak perubahan yang berbeda sehingga kita benar-benar perlu dapat kembali ke masa lalu untuk memahami proses-proses dan titik balik yang berbeda ini,” ujar Liz Thomas.
Penelitian ini bukan hanya soal masa lalu. Ilmuwan berharap, data dari es purba bisa menjadi cermin untuk memahami kondisi Bumi di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News