"Pengetahuan kita semua mengenai kodok dan katak purba masih sangat minim," kata Federico Agnolin, seorang peneliti dari Natural Science Museum dari universitas nasional La Matanza.
"Kodok dan katak sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan lingkungan. Oleh karenanya, kedua spesies itu merupakan sumber penting dalam memahami masalah iklim dan cuaca di zaman dulu," sambungnya, dikutip dari laman AFP, Selasa 9 Juni 2020.
Fosil kodok purba itu ditemukan 44 meter di bawah tanah dalam sebuah ekskavasi di sebuah sumur di San Pedro, yang berlokasi sekitar 180 kilometer dari Buenos Aires.
Angolin mengatakan, timnya menemukan "humerus (tulang lengan) yang sangat kecil dari spesies amfibi, yang berbeda dari kodok bertanduk dan kodok pohon."
Meski fosil yang ditemukan berukuran sangat kecil, ilmuwan mampu mengidentifikasi spesies kodok karena Anuras -- grup amfibi tak berekor yang juga meliputi kodok dan katak -- memiliki struktur unik di bagian ujung humerus yang membentuk sendi sikut.
Struktur tulang lengan dan sendi sikut semacam itu, tambah Angolin, memberikan kodok purba kemampuan bergerak dengan lincah.
"Menemukan spesies baru amfibi dari akhir era Pliosen hingga awal Pleistocsen merupakan prestasi luar biasa dalam dunia paleontologi Argentina," pungkas Angolin.
Pleistosen merupakan nama dari sebuah era yang dimulai sekitar 2,6 juta tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News