medcom.id, Jakarta: Hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Indonesia telah terjalin sejak lama. Sama-sama memiliki mayoritas penduduk Muslim, membuat hubungan kedua negara pun semakin erat setiap tahunnya.
Hubungan baik antara Arab Saudi dan Indonesia pun terbukti dari antusiasme masyarakat Indonesia atas kedatangan Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud berkunjung ke Jakarta, Maret 2017 lalu.
Kedatangan Raja Salman pun disambut baik oleh Presiden RI Joko Widodo. Tak hanya mengunjungi Jakarta, Raja Salman beserta rombongan juga berkesempatan untuk berlibur di Pulau Bali selama tiga hari.
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi pun mencoba memaparkan kepada Metrotvnews.com, Kamis 10 Agustus tentang kedekatan antara Arab Saudi dan Indonesia.
Hubungan Arab Saudi dan Indonesia sudah terjalin lama, bagaimana menurut Anda soal hubungan kedua negara saat ini?
Hubungan Arab Saudi dan Indonesia adalah hubungan yang sangat luar biasa. Hubungan kedua negara dimulai dari hubungan kekeluargaan, lalu meningkat menjadi hubungan politik, dagang dan yang lainnya. Dua negara memang ada kesamaan memandang berbagai bidang dan selalu mengalami peningkatan.
Setelah 47 tahun tidak ada kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia, pertama kalinya Raja Salman yang melakukan kunjungan itu. Sebenarnya, seperti apa kesan Raja Salman tentang Indonesia?
Kalau kita melihat sejarahnya, kunjungan kemarin adalah kunjungan yang historis. Kita memperhatikan bahwa masyarakat Indonesia menyambut Raja Salman tanpa dibuat-buat dan sangat spontan. Hal ini menunjukkan hubungan yang baik sekali.
Walaupun 47 tahun tidak ada kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia, ini bisa menjadi langkah yang bagus dan meningkatkan hubungan kedua negara. 12 hari di Indonesia dengan 4 hari Raja Salman berada di Bali, membuat Raja Salman sangat cinta Indonesia.
Dengan berkunjungnya Raja Salman ke Bali, hal ini membuat Bali lebih terkenal di Timur Tengah. Bahkan, orang-orang Arab Saudi menyebutnya Pulau Kerajaan, pasca Raja Salman ke Bali.
Dari kunjungan Raja Salman, hasil konkret seperti apa yang diwujudkan dan menurut Anda, apa yang harus ditingkatkan lagi?
Raja Salman dan Presiden RI Joko Widodo menghasilkan 11 kesepakatan yang mencakup bidang investasi, perdagangan, budaya, kelautan, perikanan serta keamanan dan masih banyak lagi.
Misalnya keamanan, itu macam-macam jenisnya, seperti tukat-menukar informasi soal pergerakan keamanan. Jika di bidang perdagangan, di paku bisnis Arab Saudi dan Indonesia disepakati kerja sama dagang sekitar USD3,5 miliar.
Diharapkan, bisa meningkat lebih tinggi lagi. Sebelumnya, nilai dagang ini mencapai USD8 miliar, tapi sempat mengalami penurunan.
Ada juga tim yang menangani kerja sama konkret ini, yang terdiri dari tim Arab Saudi dan Indonesia yang tugasnya memantau mengenai sejauh mana pelaksanaan kesepakatan ini untuk meningkatkan kerja sama kedua negara demi kemashalatan bangsa.

Dubes Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi (Foto: Fajar Nugraha/Metrotvnews.com).

Dubes Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi (Foto: Fajar Nugraha/Metrotvnews.com).
Menilik musim haji tahun ini, bagaimana fasilitas haji dari Indonesia di Arab Saudi sekarang?
Berkaitan dengan pelayanan haji Indonesia, Arab Saudi senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik pada setiap tamu Allah, terkait kesehatan, keamanan dan transportasi. Ini tentu menjadi perhatian Pemerintah Arab Saudi dan tugas yang selalu dilaksanakan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah haji dari seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Kami juga memberikan apresiasi untuk Kementerian Agama RI di mana selalu melakukan persiapan yang luar biasa sebelum jemaah haji berangkat. Bahkan mereka mengirimkan utusan khusus untuk mengurusi beberapa bidang, misalnya kesehatan dan keuangan.
Persiapan yang dilakukan Kemenag RI ini tentu membantu Pemerintah Arab Saudi dalam memberikan pelayanan bagi para jemaah. Kami selalu mengupayakan pelayanan terbaik, misalnya menyediakan rumah sakit yang mobile untuk memungkinkan merawat jemaah yang sakit. Jadi mereka tidak perlu pergi jauh-jauh dan keluar tempat suci jika merasa sakit.
Tujuannya ini semua adalah untuk keselamatan dan kenyamanan jemaah haji. Pemerintah Arab Saudi juga sangat memberikan perhatian luar biasa kepada jemaah haji Indonesia. Mereka termasuk jemaah yang sangat teratur, sopan dan luar biasa dibanding yang lainnya.
Kuota haji Indonesia termasuk yang terbesar. Apakah ada kemungkinan akan ditambah lagi?
Tahun lalu, kami memberikan 170 ribu kuota jemaah haji untuk Indonesia. Saat Raja Salman ke Indonesia kemarin, disepakati lagi untuk ditambah menjadi 221 ribu kuota. Ini sangat besar dibanding negara-negara lain.
Hampir 50 ribu tambahan kuota untuk Indonesia. Penambahan lagi bisa terjadi jika perluasan Masjidil Haram sudah selesai.
Beberapa negara lain kuota hajinya tidak terpakai, apakah itu bisa dialihkan ke Indonesia?
Mengingat antrean haji Indonesia sangat banyak sekali. Memang kita mengetahui daftar tunggu yang sangat panjang sekali di Indonesia.
Soal negara yang tidak menggunakan kuota hajinya itu sangat erat berkaitan politis. Kita tidak bisa mengetahui, apakah satu negara tidak akan menggunakan kuota haji yang kita berikan.
Seandainya bisa dialihkan pun tidak mungkin karena tidak bisa mendadak saat musim haji sudah dimulai dan pengalihan itu harus melalui proses panjang. Jadi salah satu penyebab tidak bisa dialihkan itu karena kita juga tidak bisa mengetahui dari awal.
Menurut saya, bisa saja sepertinya. Misalnya sebuah negara hanya menggunakan 80 persen kuota haji. Kemudian, 20 persen sisanya akan dialihkan ke negara lain di tahun berikutnya sesuai dengan kebutuhannya.
Beberapa waktu lalu, saya pernah bertemu dengan salah satu pejabat Indonesia dan membicarakan soal kuota haji yang bisa berkaitan dengan moratorium TKI ke Arab Saudi. Jika moratorium diakhiri, minimal bisa mempengaruhi penambahan kuota ini.
Misalnya, ada 150 ribu TKI di Arab Saudi dan mereka bisa melakukan ibadah haji dibantu majikan masing-masing. Nah itu kan juga bisa membantu kuota haji Indonesia.
Jadi, Anda berharap moratorium TKI dihapuskan?
Sebenarnya tidak ada kaitannya antara moratorium dengan jemaah haji, karena proses penentuan kuota ini kan sesuai dengan jumlah penduduk Muslim yang diatur Pemerintah Arab Saudi. Kesepakatan juga sesuai dengan prosentasi masing-masing negara.
Soal TKI, bukan berarti ada hubungannya, masalahnya kuota Indonesia tidak akan terpengaruh juga dengan dibukanya moratorium. Namun, maksud saya bisa memberikan kemudahan di mana masyarakat Indonesia yang bekerja di Arab Saudi bisa dihajikan masyarakatnya secara gratis itu adalah sebuah kemudahan. Jadi, daftar tunggu di Indonesia kan secara otomatis juga berkurang.
Untuk proyek perluasan Masjidil Haram, kapan selesainya? Dan apakah akan mempengaruhi penambahan haji kepada Indonesia?
Perluasan ini terus dilakukan dan tidak hanya ada pada komitmen pemerintah saat ini, tapi sudah ada sejak empat pemerintahan sebelumnya. Saat ini saja kira-kira 750 ribu orang bisa ditampung di Masjidil Haram. Empat lantai yang ada akan ditambah menjadi enam lantai untuk kemudahan jemaah melakukan ibadah.
Kita tidak bisa menargetkan kapan akan selesai, tapi terus dilakukan. Jika sudah selesai tentu akan diberitahukan karena ini menyangkut penambahan kuota tak hanya untuk Indonesia tetapi negara Islam lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id