Larangan mengikuti turnamen memicu kemarahan publik Malaysia terhadap penyelenggara acara.
Federasi Catur Malaysia menyebut akan menginvestigasi kasus ini dan membantah adanya elemen agama dalam keputusan melarang keikutsertaan yang bersangkutan.
Dalam sebuah tulisan di Facebook, pelatih catur Kaushal Khandar mengatakan bahwa anak didiknya merasa "dilecehkan dan dipermalukan" karena dipaksa mundur di tengah Kejuaraan Catur Skolastik Nasional pada 14 April.
Gadis itu dikeluarkan karena pakaian jenis dress dengan ketinggian di atas lutut dinilai panitia dapat "menggoda jika dilihat dari sudut tertentu di kejauhan," lanjut Khandar.
Pernyataan Khandar memicu kecaman dan kritik terhadap penyelenggara acara. Banyak netizen heran mengapa pakaian itu, yang dinilai masih berada dalam batas kewajaran, dianggap dapat menggoda seseorang.
.jpg)
Pakaian ini dianggap menggoda? (Foto: Facebook)
Malaysia adalah negara dengan mayoritas Muslim moderat. Namun belakangan, muncul kekhawatiran Negeri Jiran semakin konservatif.
"Saya terkejut dan terganggu bahwa pakaiannya itu dianggap sebuah masalah," ujar Sieh Kok Chi, mantan Sekretaris Jenderal Dewan Olimpiade Malaysia kepada AFP.
"Dia baru berusia 12 tahun. Tidak ada orang yang berhak menerapkan aturan sendiri. Pihak panitia catur harus mengundurkan diri," lanjut dia.
Sekretaris Eksekutif Federasi Catur Malaysia, Nik Hishamuddin Nik Mustapa, mengatakan kepada AFP bahwa tata tertib berpakaian diterapkan karena kompetisi diadakan di sekolah publik.
"Kami akan menggelar pertemuan dengan semua pihhak terkait masalah ini," ungkap Nik. "Kami kekurangan talenta catur di Malaysia. Kami ingin melihat kemunculan pemain-pemain hebat."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News