Menurutnya, krisis kemanusiaan di Myanmar, tepatnya di Rakhine sangat memprihatinkan. Karenanya, bantuan kemanusiaan harus segera diserahkan kepada pengungsi. Kurangnya bahan makanan dan obat-obatan membuat para pengungsi semakin rentan terhadap kelaparan dan penyakit.
Dari catatan AKIM, pengungsi asal Rakhine di Bangladesh sejak kekerasan terjadi pada 25 Agustus lalu mencapai 420 ribu jiwa. Namun, jumlah pengungsi dari Myanmar yang ada di Bangladesh sejak insiden Rakhine 2012 berjumlah 400 ribu.
"Kalau di total, jumlahnya mencapai 820 ribu jiwa," katanya saat ditemui di gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Jumat 22 September 2017.
Bantuan yang dipersiapkan AKIM untuk Bangladesh senilai Rp5 miliar per bulan. Rencananya, bantuan ke Bangladesh tersebut akan didistribusikan hingga enam bulan ke depan.
Baca: Makanan dan Obat, Prioritas Bantuan Kemanusiaan Indonesia ke Myanmar
Alasan pendistribusian bantuan hingga enam bulan ke depan, kata Ali, karena status para pengungsi masih belum jelas akan dikembalikan ke negara asal atau diberikan tempat tinggal di Bangladesh.
Sementara itu, pendistribusian ke Myanmar akan diberikan hingga Rp26 miliar. Bantuan tersebut akan diberikan berjangka hingga dua tahun ke depan.
Bantuan AKIM akan difasilitasi pemerintah Indonesia untuk diserahkan ke pemerintah Myanmar. Nantinya untuk pendistribusian akan ada kerja sama dengan Palang Merah Internasional.
AKIM merupakan aliansi bantuan kemanusiaan dari Indonesia. Awalnya ada 11 kelompok kemanusiaan yang bergabung, namun kini mencapai 25 kelompok.
Menurut Ali, masih banyak kelompok dan organisasi agama di Indonesia yang ingin memberi bantuan dan bergabung dengan AKIM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News