Tahun ini, Direktur Eksekutif Yayasan Yogyakarta Biennale Alia Swastika, berkunjung ke Taiwan untuk melakukan penelitian terlebih dahulu, dan langsung menyarankan seniman Taiwan yang cocok untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini dari perspektif Indonesia.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Sabtu 19 Oktober 2019, karya-karya seniman Taiwan yang datang ke Yogyakarta ini bertemakan "The Library of Possible Encounters." Isi tema sangat beragam. Beberapa seniman akan langsung pergi ke pabrik di Yogyakarta untuk melakukan pencetakan nama logo benda seni.
Ada seniman yang menggunakan benda kehidupan sehari-hari untuk dibuat menjadi seni instalasi, ada pula yang menggunakan film untuk menceritakan sejarah imigrasi orang Kim Men ke Indonesia.
Selain itu, ada seniman yang menggunakan musik elektronik untuk mengintegrasikan feminisme, dan ada yang telah membuat kisah pekerja migran asing ke dalam sebuah film.
Pameran Taiwan ini akan digelar di Jogja Contemporary venue di Museum Nasional Yogyakarta. Semua karya seni Taiwan yang sangat menarik ini dipamerkan di ruang venue di semua lantai. Pameran ini sekaligus membantu tercapainya tujuan Kebijakan Baru ke Arah Selatan dalam pertukaran budaya.
Selain Paviliun Taiwan (Bilik Taiwan), Biennale Indonesia memiliki Paviliun Timor Timur dan Paviliun Hong Kong, menambahkan banyak peluang pertukaran budaya internasional.
Partisipasi pameran Taiwan ini diselenggarakan bekerja sama dengan Yayasan Kebudayaan dan Seni Nasional Taiwan (The National Culture and Arts Foundation) dan Yayasan Biennale Yogyakarta.
Acara pembukaan pameran bilik Taiwan akan diadakan pada pukul 11:00 pagi pada 20 Oktober, dan dipamerkan hingga 30 November. Masyarakat dipersilakan untuk datang mengunjungi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News