Kabid Intelijen Densus 88, Faisal Tayib berbicara di Universitas Indonesia (Foto: Sonya Michaella/Metrotvnews.com).
Kabid Intelijen Densus 88, Faisal Tayib berbicara di Universitas Indonesia (Foto: Sonya Michaella/Metrotvnews.com).

Kelompok Teroris Mulai Cari Dana Lewat Situs Investasi Online

Sonya Michaella • 30 November 2016 14:54
medcom.id, Depok: Kabid Intelijen Densus 88, Faisal Tayib mengungkapkan bahwa kelompok teroris yang ada di berbagai belahan dunia, saat ini mulai mencari dana melalui situs investasi online.
 
"Mereka sudah mulai mencari uang lewat situs investasi online yang selama tiga bulan mereka bisa meraup keuntungan hingga 700 ribu Euro. Ini yang membuat mereka semakin gencar membuat bom," ungkapnya dalam Simposium tentang terorisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, Depok, Rabu (30/11/2016).
 
Faisal pun memaparkan, bahwa sejak kemerdekaan Indonesia pada 1945 silam, sudah bermunculan bibit-bibit kelompok-kelompok seperti ISIS. Bahkan, ada yang ingin menjadikan Indonesia sebagai 'negara Islam' atau dengan kata lain markas dari kelompok terorisme.
 
"Karena Indonesia berhasil menghadang hal tersebut, mereka bergeser ke Malaysia. Di sana terbentuklah Jamaah Islamiyah yang ikut perang Afghanistan," tuturnya.
 
Dalam kurun waktu selama 10 tahun, Jamaah Islamiyah ini berhasil mengirimkan sekitar 11 kloter ke perang Afghanistan yang dimulai sejak 2001 silam.
 
"Setelah perang selesai, mereka kembali ke negara masing-masing, termasuk juga Indonesia. Nah ini yang membuat adanya serangan-serangan. Yang paling besar itu Bom Bali I tahun 2002," jelas Faisal.
 
Menurut Faisal, akar terorisme awalnya muncul dari invasi Uni Soviet ke Afghanistan. Meskipun Uni Soviet sempat menyangkal hal tersebut, tak dipungkiri banyak bukti yang menunjukkan adanya invasi Uni Soviet.
 
"Para terorisme itu sudah terkoordinasi. Di mana markas mereka, di mana markas selanjutnya jika markas awal sudah diketahui, di mana daerah yang akan diserang, di mana daerah yang untuk cari dana," ucapnya lagi.
 
Jaringan-jaringan terorisme ini juga sudah merambah ke media sosial. Mereka menyebarkan paham-paham yang salah dengan mengatasnamakan agama Islam dan menarik kaum muda untuk bergabung.
 
"Contohnya saja, pada investigasi saya, ada anak umur 9 tahun yang sudah direkrut salah satu kelompok. Hingga sekarang umur 15 tahun, dia sudah pandai merakit bom dan sudah pernah meledakkan satu bom," pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan