Bagi Tiongkok, gerakan pro demokrasi menuju kemerdekaan di Hong Kong adalah ancaman bagi keamanan nasional Negeri Tirai Bambu.
Seperti dilaporkan kantor berita Xinhua, Sabtu 5 November malam waktu setempat, Komite Kongres Nasional Rakyat mengatakan Tiongkok tidak boleh tinggal diam di hadapan tantangan Hong Kong terhadap wewenang Beijing.
"Para pejabat pro demokrasi merupakan ancaman nyata bagi kedaulatan dan keamanan nasional," ujar panel legislatif Tiongkok, seperti dikutip Asian Correspondent, Minggu (6/11/2016).
Pada Oktober, aktivis akar rumput yang terpilih menjadi pejabat di Hong Kong memodifikasi sumpah jabatan mereka. Sebagian pejabat mengucapkan sumpah dengan sangat lamban, sebagian lainnya mengucapkan kata Tiongkok menjadi "Chi-na," yang dianggap Beijing sebagai ucapan merendahkan karena pernah dipakai Jepang pada Perang Dunia II.
.jpg)
Dua bulan kemudian, dua pejabat Hong Kong - Yau Wai-ching dan Sixtus Leung dari Partai Youngspiration - bergegas menuju sebuah pertemuan mingguan di Badan Legislatif untuk mengucapkan ulang sumpah mereka.
Percobaan pengucapan ulang berujung konflik antar pejabat dan petugas keamanan. Starry Lee, pejabat pro Tiongkok, mengkritik Yau dan Leung, "Jika (kalian) benar-benar peduli dengan sumpah jabatan, mereka seharusnya tidak menggunakan landasan untuk mempromosikan kemerdekaan Hong Kong dari awal."
"Tidak ada ruang untuk mendorong kemerdekaan Hong Kong di bawah kerangka Satu Negara, Dua Sistem," sambung dia.
Hong Kong diserahkan ke Tiongkok oleh Inggris pada 1997 di bawah perjanjian "satu negara, dua sistem" yang bertujuan melindungi semangat kebebasan dan otonomi parsial yang sudah berlangsung selama 50 tahun. Namun, banyak aktivis muda Hong Kong meyakini perjanjian tersebut sudah runtuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id