Duterte juga menyatakan siap untuk berdebat dengan para uskup senior terkait berbagai kesalahan mereka, sebelum menjabat sebagai presiden pada akhir bulan depan.
"Saya akan meluncurkan kritik terkait dosa Gereja Katolik sampai dengan 29 Juni dan akan membahas apakah masih pantas untuk berdiri," kata Duterte di Davao, seperti dikutip Reuters, Senin (23/5/2016).
"Lembaga yang paling munafik adalah Gereja Katolik," ujarnya lagi.
Duterte terkenal sebagai tokoh politik dengan gaya bicara sembarangan di Filipina. Namun, rakyat Filipina tetap mendukung dirinya, terbukti dengan kemenangan telak di pemilu Filipina dan Duterte akan dilantik sebagai presiden pada 30 Juni mendatang.
Kritik semacam ini bukan pertama kali diluncurkan Duterte terhadap Gereja Katolik. Dalam kampanyenya pada November 2015, Duterte mengkritik Paus Fransiskus karena kunjungannya menyebabkan macet di Manila pada Januari 2015 lalu.
Pernyataan Duterte itu sontak menjadi kontroversi, karena di Manila sendiri 80 persen penduduknya adalah warga Katolik. Filipina juga merupakan negara dengan populasi umat Katolik terbesar di Asia.
Duterte menduga bahwa para pemimpin Gereja Katolik memperkaya diri mereka sendiri dengan mengorbankan orang miskin dan mengabaikan pemisahan antara gereja dan negara.
Hingga saat ini belum ada komenter dari juru bicara Gereja Katolik Filipina terkait pernyataan Duterte ini.
Tak hanya mengritik Gereja Katolik dan Paus, Duterte sering meluncurkan pernyataan kontroversial, termasuk soal keinginannya untuk membunuh seluruh kriminal.
Duterte bersumpah akan membunuh kriminal setiap minggu dan membuang jasad mereka ke Manila Bay, untuk menggemukkan ikan-ikan di sana.
Duterte juga dikritik Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) dan Kedutaan Besar Australia di Filipina karena meluncurkan lelucon soal pemerkosaan dan pembunuhan wanita misionaris asal Australia dalam kerusuhan penjara tahun 1989 di Davao City. Atas pernyataan tersebut, Duterte kemudian meminta maaf.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News