Presiden Tsai memang masih melajang di usia 59 tahun dan menurut sebuah tulisan di koran Tiongkok, karena statusnya tersebut, presiden wanita pertama Taiwan itu adalah sosok yang "ekstrem".
Seperti dilansir Asian Correspondent, Kamis (26/5/2016), hinaan ini adalah yang paling keras dari Tiongkok terhadap Tsai Ing-wen sejak pelantikan pekan lalu. Tsai terkenal akan sikapnya yang anti-Tiongkok dan menyerukan proklamasi kemerdekaan Taiwan.
Namun, Tiongkok masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah mereka sejak berakhirnya perang saudara 1949. Sementara Taiwan menganggap diri mereka telah merdeka dan lepas dari Tiongkok. Tiongkok mengatakan, akan merebut kembali Taiwan dan bila diperlukan, akan memakai kekerasan.
Tsai dikritik di Tiongkok karena terang-terangan menolak "kebijakan satu Tiongkok". Tetapi baru kali ini kritikan Tiongkok ditujukan kepada persoalan pribadi Tsai.
Tulisan tersebut ditulis oleh Wang Weixing, seorang anggota Asosiasi Hubungan Semenanjung Taiwan di sebuah kolom opini koran International Herald Leader, anak perusahaan kantor berita pemerintah, Xinhua.
"Dari sudut pandang humanistik, ia tidak memiliki beban emosional pada persoalan cinta, keluarga, dan anak-anak, sehingga strategi politiknya cenderung emosional dan ekstrem," tulis Wang.
Ia juga menuduh keluarga Tsai memiliki hubungan persahabatan dengan pasukan Jepang selama Perang Dunia II. Wang terus mencaci Tsai, ia juga mengklaim bahwa ia dibesarkan ayah yang memiliki istri lain selain ibunya.
Namun, menurut media internasional lainnya, tulisan Wang tersebut bertolak belakang dengan kepribadian Tsai yang terlihat media. Tsai dikenal sebagai pribadi yang tenang dan berwibawa, yang mengantarkannya ke kursi presiden Taiwan, negara dengan 23 juta penduduk.
Dibuktikan dengan gembiranya rakyat Taiwan ketika Tsai terpilih menjadi presiden pertama wanita di Taiwan. Rakyat Taiwan juga mengharapkan Tsai mau mendengarkan suara rakyat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News