Mahkamah Agung pada November lalu membubarkan Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), atas permintaan pemerintah Hun Sen. Dikatakan bahwa partai itu telah berencana mengambil alih kekuasaan dengan bantuan Amerika Serikat (AS). CNRP, dan kedutaan AS, telah membantah tuduhan tersebut.
Dalam sebuah pidato, pada Senin, Hun Sen mengatakan bahwa dia tidak bersedia untuk berbicara dengan Sam Rainsy, dengan alasan hukuman kriminal yang terakhir. Hun Sen memegang kekuasaan Kamboja sejak 1985.
"Saya membuka hati untuk mengadakan pembicaraan mengenai politik, namun harus dinyatakan dengan jelas bahwa orang-orang yang terlibat dalam kasus hukum tidak memiliki hak untuk mengadakan pembicaraan dengan Hun Sen," katanya, seperti dilansir Channel News Asia, Senin 5 Maret 2018.
Dalam sebuah pesan di Twitter, Ahad, Sam Rainsy mencuit: "Saya selalu terbuka untuk bertemu dengan pemerintah Hun Sen guna menemukan solusi damai bagi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebuah solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dengan jaminan internasional."
Komentar Sam Rainsy menjadi cuitan pertamanya tentang masalah ini sejak larangan oposisi.
Pembubaran partai oposisi menyusul penangkapan pemimpin partai Kem Sokha, yang juga dituduh merencanakan untuk menggulingkan kekuasaan dengan bantuan AS. Tuduhan itu diajukan karena ancaman CNRP dalam pemilu pada Juli, kata Kem Sokha.
Sam Rainsy mengundurkan diri sebagai presiden CNRP pada 2017. Namun tetap menjadi salah satu kritikus pemerintah yang paling kuat.
Dia sebelumnya menjabat sebagai menteri keuangan dalam sebuah koalisi rontok yang dibentuk saat Hun Sen menolak untuk melepaskan kekuasaan setelah kalah dalam pemilu yang diselenggarakan oleh PBB pada 1993. Rainsy tinggal di Prancis sejak 2015 untuk menghindari sederet hukuman yang dia katakan bermotif politik.
Negara-negara Barat sudah mengkritik Hun Sen atas pembubaran CNRP dan penangkapan Kem Sokha menjelang pemilu. Pemerintah Hun Sen dan sekutunya menargetkan badan-badan non-pemerintah, anggota parlemen oposisi, dan beberapa media independen dalam sebuah tindakan keras.
Pada Jumat, Hun Sen berkata bahwa dirinya terbuka mengadakan pembicaraan guna mengakhiri krisis. Namun dia tidak akan menegosiasikan sebuah perubahan terhadap hukuman kriminal yang diajukan terhadap tokoh oposisi.
Pada Ahad, juru bicara Partai Rakyat Kamboja naungan Hun Sen mengatakan bahwa Sam Rainsy tidak serius dalam mengadakan pembicaraan. "Dia tidak punya jalan keluar," kata Sok Eysan.
"Budaya dialog sudah mati dan dia harus menghadapi hukuman karena kejahatan yang dia lakukan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News