Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi (kiri) bersama Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini di Naypyitaw, Myanmar, 20 November 2017. (Foto: Aung Htet/AFP)
Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi (kiri) bersama Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini di Naypyitaw, Myanmar, 20 November 2017. (Foto: Aung Htet/AFP)

Suu Kyi Sebut Imigrasi Ilegal Sebarkan Terorisme

Arpan Rahman • 20 November 2017 21:54
Naypyitaw: Pertemuan terakhir menteri luar negeri Asia-Eropa di Myanmar pada Senin 19 November 2017 siang diwarnai tudingan dari pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi. 
 
Ia mengatakan ketidakstabilan dan beragam konflik global, sebagian di antaranya terjadi karena imigrasi ilegal telah menyebarkan terorisme. Pidato itu diserukannya ketika Myanmar dikecam keras karena diduga terus menekan ratusan ribu Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine State.
 
Suu Kyi tidak secara langsung menyebutkan eksodus pengungsi Rohingya dalam sambutannya di hadapan para menlu Eropa dan Asia di Naypyitaw, ibu kota dari Myanmar. Namun kalimatnya menyoroti pandangan banyak orang di Myanmar, yang mengganggap Rohingya sebagai imigran ilegal.

Masalah eksodus Rohingya hampir pasti akan muncul dalam diskusi para menlu pada Senin dan Selasa.
 
Suu Kyi mengatakan konflik di seluruh dunia menimbulkan ancaman baru dan keadaan darurat. "Imigrasi ilegal menyebarkan terorisme dan ekstremisme kekerasan, ketidakharmonisan sosial, dan bahkan ancaman perang nuklir," seru Suu Kyi, seperti dilansir kantor berita Associated Press, Senin 20 November 2017.
 
Komisi Rakhine
 
Sementara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan bahwa dia mendorong kebijakan Suu Kyi agar menerapkan rekomendasi dari panel ahli untuk memastikan stabilitas di Rakhine State yang bermasalah.
 
Mogherini berkata bahwa implementasi rekomendasi tersebut masih harus terus diperjuangkan.
 
Komisi Rakhine, yang didirikan tahun lalu atas perintah Suu Kyi, mengeluarkan laporannya sehari sebelum terjadi serangan pemberontak yang mematikan di beberapa pos polisi di Rakhine pada 25 Agustus. Serangan itu memicu respons keras militer Myanmar yang berimbas buruk pada Rohingya.
 
Mogherini hadir di antara para menlu asal Eropa dan Asia yang bertemu Senin di Naypyitaw, ibu kota Myanmar.
 
Dia mengatakan Uni Eropa meyakini masalah Rohingya dapat diatasi dengan menghentikan kekerasan, menjamin akses kemanusiaan secara penuh dan pemulangan para pengungsi dengan aman.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan