"Kita disini menemukan ikatan untuk bekerja sama. Maka dari itu, UNESCO membantu pelestarian warisan budaya yang ada di Jakarta," ungkap anggota UNESCO Irakli Khodeli di Historia Food and Bar, Kota Tua Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Ada beberapa hal yang menyebabkan pemeliharaan bangunan yang kurang baik. Di antaranya termasuk termasuk kurangnya perhatian terhadap cara dan penyampaian pentingnya pemeliharaan dari para pemilik bangunan, kontraktor, arsitek dan lainnya.
"Selain itu kurangnya pengetahuan tentang akses yang tersedia untuk memberikan informasi dan dana untuk mengelola pemeliharaan terhadap yang lainnya, menjadi pemicu kondisi gedung yang tidak baik," tutur Khodeli.
Sementara itu, dibawah naungan Divisi Managemen dan Program Konservasi Cagar Budaya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, telah mendukung setidaknya 56 kota di Indonesia untuk mengelola secara berkelanjutan dan melaksanakan rencana tata ruang berdasarkan kekuatan daerah dalam menggunakan warisan budaya untuk menambah nilai dalam pembangunan kota.
Dalam program ini, kementerian diharapkan mengambil peran sebagai pelaku utama yang menjalankan dan berkontribusi dalam upaya konservasi dan pelestarian daerah warisan, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti komunitas lokal, arsitek dan sektor swasta.
Sejak 2014, UNESCO bekerjasama dengan AusHeritage, Ikatan Arsitek Indonesia dan Pusat Dokumemtasi Arsitektur Indonesia telah membuat rangkaian informasi yang berisi tata cara terbaik untuk memelihara bangunan warisan budaya. Prinsip-prinsip pemeliharaan yang diberikan dapat diaplikasikan bagi seluruh cagar budaya yang ada di Tanah Air dan akan membantu dalam mempertahankan perubahan yang unik dan pengelolaannya.
"Semuanya (cagar budaya) sangat indah disini dan tak dapat dibandingkan satu sama lain. Jakarta sebagai ibu kota Indonesia juga memiliki banyak cagar budaya yang sangat unik," sebut Khodeli. (Nabila Gita)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News