Izin keluar sepekan setelah dirinya diinterogasi polisi, yang melarangnya pulang setelah kunjungan kerja ke Tiongkok.
Feng Chongyi, seorang warga Tiongkok yang mengajar di University of Technology Sydney (UTS), tiba di Sydney, Minggu 2 April 2017 setelah diselidiki pihak berwajib. Penyelidikannya muncul setelah kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang ke Australia.
Kembalinya Feng menyusul sepekan yang penuh gejolak dalam hubungan Tiongkok-Australia, di mana pemerintahan Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengabaikan pemungutan suara parlemen soal meratifikasi perjanjian ekstradisi dengan Tiongkok.
Dalam pesan video kepada para pendukungnya, yang direkam sesaat sebelum Dr Feng meninggalkan Tiongkok, ia menggambarkan insiden itu sebagai "salah satu dari musibah kecil kehidupan."
"Sekarang sudah selesai, saya punya kesempatan untuk melangkah keluar dari negeri ini, tapi saya akan kembali," katanya dalam pesan yang dilihat oleh Reuters, seperti dikutip Financial Times, Minggu 2 April 2017.
Feng telah mengkritisi pengaruh Beijing yang tumbuh di Australia dan menghabiskan hampir satu bulan di Tiongkok mewawancarai para pengacara hak asasi manusia dan akademisi sebelum ia dua kali dicekal dari jadwal penerbangan pulang ke Sydney. Seorang juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok mengatakan kepada wartawan, pekan lalu, ia dicegah meninggalkan Negeri Tirai Bambu atas alasan "keamanan nasional."
Chen Jinxue, pengacara Feng di Tiongkok mengatakan, kliennya berharap suatu saat kembali lagi ke Tiongkok. Ditambahkan: “Ia berharap setiap orang bisa melawan bersama-sama, sehingga Tiongkok dapat cepat mencapai pemerintahan konstitusional.”
John Fitzgerald, profesor di Swinburne University dan rekan Dr Feng, berkata, teman-teman dan rekan-rekannya “sangat lega” melihat ia telah kembali.
Pekan lalu, Fitzgerald mengatakan kepada Financial Times, kasus Dr Feng menyentuh “pada nilai-nilai -- kebebasan akademik dan kebebasan berbicara -- dan pada nilai penyelidikan bebas dan terbuka untuk mendapatkan hubungan Australia dengan Tiongkok yang tepat”.
Feng penduduk tetap Australia, tetapi tidak memegang paspor Australia. Kendati demikian pihak berwenang Australia campur tangan atas namanya ketika berurusan dengan pemerintah Tiongkok.
Perjanjian ekstradisi melahirkan kontroversi di Australia dan kegagalan untuk meratifikasinya menjadi kegagalan pemerintahan Turnbull. Partai Buruh oposisi dan beberapa anggota parlemen netral mengatakan, mereka akan memilih menentang perjanjian karena kekhawatiran atas HAM dan aturan hukum di Tiongkok.
Julie Bishop, Menteri Luar Negeri Australia, memperingatkan rekan-rekannya bahwa Beijing telah menyatakan "kekecewaan yang mendalam" tentang keputusan pemerintah atas memo pemungutan suara. Dia mengaku perjanjian itu dalam "kepentingan nasional" Australia, dan dia akan terus bekerja agar disahkan di masa depan.
Australia menandatangani perjanjian ekstradisi dengan Tiongkok pada 2007, tetapi tidak pernah meratifikasi perjanjian tersebut karena kekhawatiran tentang sistem peradilan pidana Tiongkok.
Kasus Feng dan nasib 14 karyawan perusahaan kasino Australia Crown Resorts, yang telah ditahan di Tiongkok sejak Oktober, menghantui bagian akhir kunjungan PM Li ke Australia, yang terutama difokuskan pada hubungan niaga.
Pihak UTS mengatakan, sangat senang masalah ini telah diselesaikan. "Fokus kami senantiasa mengenai kesejahteraan pribadinya dan keluarganya. Universitas akan terus memberikan perhatian -- sebagai majikannya -- kepada Feng dan keluarganya, terkait dengan pengalaman atas dirinya baru-baru ini," sebut UTS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id