Tsang Chi-kin, 18, yang ditembak dengan peluru tajam di dada, sempat menjalani operasi. Namun, kini dia telah dalam kondisi stabil.
Menurut polisi, Tsang juga dituduh dengan dua dakwaan lain karena menyerang petugas. Pelajar ini menghadapi 10 tahun penjara jika terbukti bersalah.
Para pengunjuk rasa menggunakan masker untuk menghindari identifikasi mereka. Namun, sebuah laporan mengatakan pihak berwenang Hong Kong melarang pemakaian wajah untuk protes.
Tak hanya memakai masker, pada pedemo juga menggunakan helm kuning, kacamata dan respirator untuk melindungi diri mereka dari gas air mata dan proyektil polisi.
Anggota Parlemen pro-Tiongkok di Hong Kong telah memperbarui permintaan mereka kepada pemimpin Carrie Lam. Mereka meminta agar pemerintah mengeluarkan larangan penggunakan topeng jika ada protes saat perayaan 70 tahun Tiongkok.
"Jika kita memiliki undang-undang, maka akan memiliki efek jera kepada beberapa orang," kata anggota parlemen Elizabeth Quat, dilansir dari AFP, Kamis, 3 Oktober 2019.
"Kami tidak berbicara mengenai pengunjuk rasa damai. Kami berbicara tentang orang-orang yang menggunakan kekerasan secara ilegal," imbuhnya.
Meski demikian, langkah ini ditentang anggota parlemen pro-demokrasi, Dennis Kwok. Dia mengatakan undang-undang darurat tersebut hanya akan menandakan awal 'otoriter' Tiongkok.
"Pihak berwenang sekarang harusnya mendengarkan rakyat Hong Kong. Kerinduan mereka akan kebebasan dan demokrasi, tidak akan pernah hilang," serunya.
Protes masyarakat Hong Kong bermula untuk menolak rancangan UU yang memungkinkan mereka diekstradisi ke Tiongkok. Namun kemudian berubah menjadi gerakan lebih luas dengan menyerukan kebebasan demokrasi dan akuntabilitas polisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News