Presiden Joko Widodo mengunjungi kamp pengungsian Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh (Foto: Kemenlu RI).
Presiden Joko Widodo mengunjungi kamp pengungsian Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh (Foto: Kemenlu RI).

Anak Pengungsi Rohingya Berisiko Dihempas Angin Topan Musiman

Arpan Rahman • 31 Januari 2018 10:06
Cox's Bazaar: Krisis kemanusiaan baru muncul di kamp-kamp pengungsi Rohingya sepanjang perbatasan Bangladesh-Myanmar. Badai tahunan dan musim hujan diperkirakan mengancam kehidupan dan tempat-tempat penampungan, persediaan makanan, dan air bersih.
 
Lebih dari 668.000 orang Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan Myanmar sejak Agustus. Jumlahnya membengkak di sejumlah kamp di sepanjang perbatasan mencapai lebih dari 800.000 orang. Mayoritas adalah anak-anak.
 
"Ketika kita mendekati musim hujan dan angin topan, situasi yang sebenarnya sangat mengerikan menjadi malapetaka," kata Oliver White, penasihat kebijakan senior untuk migrasi yang terusir di Unicef ??Australia. 
 
"Ratusan ribu anak-anak sudah hidup dalam kondisi mengerikan, dan mereka akan menghadapi risiko penyakit, banjir, tanah longsor, dan perpindahan yang lebih besar lagi," sambungnya, seperti dimuat Guardian, Rabu 31 Januari 2018.
 
Musim pertama dari dua musim topan Bangladesh dimulai pada Maret. Sementara hujan monsun biasanya dimulai pada Juni. Mei lalu, Topan Mora menghancurkan 20.000 tempat penampungan di kamp pengungsian Rohingya, juga merusak sumur, toilet, dan jalan.
 
White memperingatkan bahwa air kotor, sanitasi yang tidak memadai dan kondisi higiene yang buruk dapat menyebabkan wabah kolera dan hepatitis E, penyakit mematikan bagi wanita hamil dan bayi mereka, sementara kubangan air menarik nyamuk pembawa malaria.
 
"Menjaga anak-anak agar aman dari penyakit harus menjadi prioritas mutlak," katanya.
 
Hujan lebat akan mengancam tempat penampungan darurat di mana keluarga Rohingya tinggal. Sebagian besar tempat perkemahan baru sudah dibangun di atas dan di sekitar lereng bukit bekas suaka margasatwa.
 
Lokasi penampungan yang dibangun di lembah menghadapi ancaman banjir, sementara yang lebih tinggi, yang tersebar di perbukitan yang gundul vegetasinya, berisiko mengalami tanah longsor. Persediaan air terkendala genangan atau kerusakan, dan orang dapat terputus dari suplai makanan, air, dan layanan lainnya.
 
Diperkirakan 100.000 orang harus pindah dari penampungan sementara mereka di kamp terbesar, Kutupalong-Balukhali satu-satunya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan