Hal itu disampaikan Michetti, saat menceritakan pengalaman hidupnya dalam sesi berbagi inspirasi dengan penyandang disabilitas Indonesia, di kantor pusat Kementerian Sosial (Kemensos), Jakarta Pusat, Rabu, 8 Mei 2019.
Michetti menceritakan pengalaman hidupnya bagaimana kakinya lumpuh, sehingga harus menggunakan kursi roda. Sekitar 25 tahun lalu, ia bersama mantan suaminya mengunjungi orangtuanya di sebuah desa kecil.
Anaknya yang baru berumur dua tahun pada waktu itu, diajak orang tua Michetti jalan-jalan di desa. Sementara ia bersama mantan suaminya pergi berkeliling di sekitar desa menggunakan mobil.
“Menjelang sore, kami kembali ke Bueno Aires, 500 km dari desa. Karena belum kembali (orangtuanya), kami pergi mencari mereka,” ujar Michetti.
.jpg)
Wapres Argentina Gabriela Michetti bersama Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Gervin Nathaniel Purba/Medcom.id).
Ibu satu anak itu pergi bersama mantan suaminya menggunakan mobil. Ia yang menyetir, namun tidak menggunakan sabuk pengaman.
“Pada 1994, belum ada aturan wajib menggunakan sabuk pengaman dan belum umum dilakukan,” ujarnya.
Tiba-tiba terjadi kecelakaan. Tulang belakangnya terkena benturan, sehingga menimbulkan kelumpuhan pada bagian setengah badan ke bawah.
Pemadam kebakaran sempat datang menolong mereka. Sempat dirawat sebentar di pinggir jalan, lalu mereka dibawa ke rumah sakit. Suaminya mengalami luka di kepala, namun tidak sampai membuatnya cedera parah.
Setibanya di rumah sakit, ayahnya sudah menunggu bersama teman-temannya. Kebetulan ayahnya merupakan seorang dokter.
Michetti melihat wajah ayahnya dengan penuh ketakutan dan sedih. Dalam keadaan seperti, Michetti tetap meyakinkan ayahnya bahwa dirinya akan baik-baik saja.
“Saya sampaikan, ayah jangan takut. Saya bahagia walaupun di atas kursi roda,” tuturnya.
Setelah itu, ia mengalami perubahan yang sangat besar. Sebab dirinya harus belajar banyak hal baru.

Wapres Argentina Gabriela Michetti (Foto: Gervin Nathaniel Purba/Medcom.id).
Tapi Michetti menginginkan kemandirian. Saat itu tugasnya bagaiman menjaga dan membesarkan anaknya yang baru berumur dua tahun. Memikirkan untuk membasarkan anak mendorongnya untuk bisa bergerak mandiri dan menggunakan tubuhnya secara mandiri.
Rasa ingin mengasihi ini menjadi kunci dirinya mampu mandiri. Untuk itu, ia mengajak semua penyandang disabilitas untuk memahami, bahwa kekurangan yang dimiliki bukan untuk penghambat mencintai dan dicintai.
“Dalam diri, ada tiga hal. Badan, pikiran, dan roh. Kita punya ketidaksempurnaan di raga kita dan dalam pikiran. Tapi roh harus dijaga, dalam menyemangati dan menjaga. Terhubung dengan orang yang kita cintai dan ingin dicintai,” ujarnya, disambut tepuk tangan meriah dari seluruh tamu hadirin.
Di sisi lain, Michetti bersyukur selalu dikelilingi oleh keluarga yang baik. Mereka selalu memperhatikannya dan siap membantunya setiap saat. Mereka juga memperlakukannya dengan apa adanya tanpa membedakan sikap.
“Keluarga saya membantu membangkitkan semangat saya. Saya juga percaya Tuhan akan membantu,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News