"Sudah saatnya bagi Korut untuk 'mengencangkan tali sepatu dan berlari cepat' untuk mencapai tujuan kami saat KTT Hanoi," sebut sebuah tajuk di surat kabar pemerintah, Rodong Sinmun.
Pertemuan Kim dan Trump di Hanoi pada 27-28 Februari mendatang akan menjadi pertemuan kedua usai bertemu pada 12 Juni 2018 di Singapura.
"Kami memfokuskan perhatian apakah AS akan menawarkan pencabutan sanksi ekonomi sebagai imbalan bagi Korut yang mau melangkah menuju denuklirisasi," tulis tajuk tersebut, dikutip dari AFP, Senin 18 Februari 2019.
Baca: AS dan Korut Sepakati Kota KTT II Trump-Kim
Media pemerintah ini pun menyebutkan bahwa Korut harus melakukan upaya lebih besar untuk meningkatkan ekonomi negara.
Korut juga harus 'naik kelas' sebagai negara sosialis yang kuat dan kembali bangkit. Pasalnya, Korut disebut kaya akan sumber daya mineral, bahkan lebih kaya dari Korea Selatan.
Namun dengan adanya salah urus selama puluhan tahun, membuat Korut menjadi negara miskin dan harus bergantung dari bantuan Tiongkok maupun Rusia.
Sejak 2017, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melarang Korut mengekspor batu bara, sumber daya mineral, perikanan dan produk tekstil sebagai hukuman atas sejumlah peluncuran rudal balistik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News