Menurut keterangan seorang sumber kepada kantor berita AFP, Selasa 18 Februari 2020, Xu ditangkap di kota Guangzhou. Kepolisian Guangzhou belum merespons pertanyaan awak media terkait penangkapan Xu.
Xu bersembunyi dari kejaran polisi usai otoritas Tiongkok membubarkan sebuah pertemuan yang membahas mengenai reformasi politik di kota Xiamen pada akhir 2019. Pertemuan ini terjadi sebelum wabah virus korona.
Pada 4 Februari, Xi merilis sebuah artikel yang menyerukan agar Xi segera mundur dari jabatannya. Ia mengkritik sang presiden terkait berbagai isu, mulai dari perang dagang AS-Tiongkok, unjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong, hingga wabah virus korona yang angka kematiannya telah melampaui 1.800 orang.
"Pasokan medis minim, rumah sakit kebanjiran pasien, dan juga banyak orang terinfeksi yang tidak didiagnosis," tulis Xu.
Yaqiu Wang, seorang peneliti urusan Tiongkok di Human Right Watch (HRW), mengatakan bahwa penangkapan Xu memperlihatkan bahwa Negeri Tirai Bambu masih "mempertahankan cara-cara lama" dalam "membungkam para kritikus."
Penangkapan Xu mengingatkan publik atas Li Wenliang, seorang dokter yang ditangkap otoritas Tiongkok karena memperingatkan ancaman korona pada Desember 2019.
Li Wenliang kemudian meninggal setelah sempat dirawat usai terjangkit korona. Kematian Li membuat banyak warga Tiongkok berduka, namun juga sekaligus marah kepada otoritas Tiongkok yang dinilai tidak becus menangani wabah korona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News