Tujuan ditulisnya buku ini adalah agar anak-anak perempuan yang membacanya mempunyai cita-cita tinggi.
Buku ini, yang kemungkinan sudah banyak beredar di toko-toko menjelang Natal, memicu kontroversi. Satu dari 100 kisah di dalamnya, terdapat pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi. Di buku ini Suu Kyi digambarkan sebagai perwujudan dari keberanian di tengah opresi militer.
Namun karena citranya jatuh akibat sikap diamnya terkait kekerasan yang melanda etnis Muslim Rohingya di Rakhine, sejumlah pihak -- terutama orangtua yang memiliki anak perempuan -- menyerukan agar kisahnya ditarik dari Good Night Stories for Rebel Girls.
Elena Favilli dan Frencesca Cavallo, dua orang penulis buku tersebut, mempertimbangkan tidak memasukkan Suu Kyi di cetakan berikutnya.
Baca: Kecam Krisis Rakhine, Universitas Oxford Copot Lukisan Aung San Suu Kyi
Suu Kyi muncul di buku ini dengan kutipan, "karena kita hidup di dunia ini, kita harus berbuat yang terbaik untuk dunia ini." Kutipan ini berasal dari aksi protes terhadap junta militer Myanmar yang memenjarakan dirinya di sebuah rumah selama 21 tahun.
"Dia mendapatkan Nobel perdamaian dan menginspirasi jutaan orang di negaranya dan seluruh dunia tanpa perlu meninggalkan rumah," demikian tertulis di buku itu, seperti dikutip Guardian, Minggu 24 Desember 2017.
Good Night Stories for Rebel Girls pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat. Karya ini disebut-sebut sebagai "buku orisinil yang mendapatkan sumbangan terbesar dari masyarakat dalam pembuatannya."
Pekan lalu, toko buku ternama di Inggris, Blackwell's, menjadikan Good Night Stories for Rebel Girls sebagai "book of the year," mengalahkan banyak karya lainnya seperti The Ministry of Utmost Happiness.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News