Komandan Batalyon Infanteri Militer Filipina, Letnan Kolonel Christopher Tampus, mengonfirmasi pernyataan Maute tersebut.
Ia mengatakan, militer Filipina mengetahui soal eksekusi ini dari tiga sandera yang melarikan diri dari penculik mereka pada 29 Juni kemarin.
"Itu yang dilakukan Maute. Mereka memaksa sandera mereka untuk melawan pasukan pemerintah," ucap Tampus, seperti dikutip Inquirer, Senin 10 Juli 2017.
Tiga sandera yang melapor kepada militer ini pun terpaksa menembaki pasukan pemerintah yang berpatroli di Danau Lanao.
"Mereka terpaksa melakukan itu. Enam sandera lainnya, ditembak mati karena menolak melawan kami," tutur dia lagi.
Sementara, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Eduardo Ano, mengatakan bahwa akhir dari konflik Marawi ini hanya "masalah waktu".
"Saat ini, Maute hanya tersisa 80 militan. Awalnya mereka berjumlah lebih dari 500 militan," ucap Ano.
Ada laporan bahwa di antara mereka yang melarikan diri adalah Isnilon Hapilon. Namun, laporan ini belum bisa dikonfirmasi pihak militer Filipina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News