Repatriasi terjadi meski Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan risiko keamanan terhadap Rohingya yang pulang ke Rakhine, Myanmar.
PBB menyebut operasi militer Myanmar dalam memburu ekstremis di Rakhine dapat dikatakan sebagai pembersihan etnis Rohingya. Namun pemerintah Myanmar membantahnya, dan menegaskan hanya memburu militan Arakan Rohingya Salvation Army atau ARSA.
Bangladesh dan Myanmar telah berjanji akan memulai repatriasi pada Januari tahun ini. Namun rencana terus ditunda karena kedua kubu saling menyalahkan mengenai kurangnya persiapan teknis.
Menurut keterangan resmi pemerintah Myanmar tadi malam, satu keluarga Rohingya menjadi yang pertama dipulangkan dari Bangladesh.
Baca: Myanmar Janji Prioritaskan Repatriasi Rohingya
"Lima orang dalam satu keluarga kembali ke kamp repatriasi di kota Taungpyoletwei di Rakhine pagi ini," ucap pernyataan pemerintah Myanmar di akun Facebook, seperti dilansir AFP.
Sesuai kebijakan pemerintah Myanmar, keluarga yang direpatriasi itu disebut sebagai "Muslim," bukan "Rohingya." Selama ini, Myanmar menghindari menggunakan istilah Rohingya karena menolak mengakui secara resmi etnis tersebut.
Serangkaian foto di akun resmi pemerintah Myanmar memperlihatkan seorang pria, dua wanita, satu perempuan muda dan satu anak laki-laki, mendapatkan Kartu Identitas Nasional Myanmar dan pemeriksaan kesehatan.
Pernyataan pemerintah Myanmar tidak menyebutkan rencana repatriasi selanjutnya dalam waktu dekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News