Ilustrasi oleh The Asian Telegraph.
Ilustrasi oleh The Asian Telegraph.

Hubungan Intel Korsel-Jepang Putus, Picu Kekhawatiran atas Korut

Arpan Rahman • 23 Agustus 2019 15:17
Seoul: Korea Selatan (Korsel) mengatakan pihaknya akan membatalkan pakta berbagi intelijen dengan Jepang. Tokyo segera memprotesnya dan memperdalam perselisihan selama beberapa dasawarsa tentang sejarah perang kedua negara. Pertikaian pun telah melanda perdagangan dan mengurangi kerja sama keamanan atas Korea Utara.
 
Kim You-geun, Wakil Direktur Dewan Keamanan Nasional presiden Korsel, berkata Jepang telah menciptakan 'perubahan besar' dalam lingkungan kerja sama keamanan bilateral dengan menghapus status ekspor jalur cepat Korsel bulan ini.
 
Langkah itu datang beberapa pekan setelah Tokyo membatasi ekspor bahan-bahan semikonduktor yang dianggap penting bagi industri teknologi Korsel.

"Dengan situasi ini, kami telah memutuskan tidak akan melayani kepentingan nasional kami untuk mempertahankan perjanjian yang kami tandatangani dengan tujuan pertukaran informasi militer yang sensitif terhadap keamanan," Kim mengatakan pada konferensi pers, dikutip dari Guardian, Jumat 23 Agustus 2019.
 
Ditandatangani pada 2016, Keamanan Umum Perjanjian Informasi Militer (GSOMIA) telah dijadwalkan untuk pembaruan otomatis pada Sabtu.
 
Pakta tersebut memungkinkan Jepang dan Korsel berbagi informasi mengenai program rudal dan nuklir Korut. Ancaman itu digarisbawahi oleh peluncuran serangkaian rudal balistik jarak pendek Korut baru-baru ini.
 
Pada Jumat, Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya menuduh Korsel gagal menghiraukan ancaman meningkat yang ditimbulkan oleh Korut. Menghapuskan pakta berarti kedua negara mungkin harus berbagi intelijen melalui militer Amerika Serikat.
 
"Tes rudal berulang Korut mengancam keamanan nasional dan kerja sama antara Jepang dan Korsel dan dengan AS sangat penting," kata Iwaya kepada wartawan. "Kami sangat mendesak mereka untuk membuat keputusan yang bijaksana," cetusnya.
 
Hubungan bilateral mulai memburuk akhir tahun lalu setelah putusan pengadilan Korsel memerintahkan sejumlah perusahaan Jepang membayar kompensasi atas penggunaan pekerja paksa masa perang selama pendudukan Jepang di Semenanjung Korea tahun 1910-1945.
 
Keadaan memburuk berlanjut ketika Jepang memperketat pembatasan ekspor material teknologi tinggi yang dibutuhkan oleh industri chip Korsel. Bulan ini Tokyo mengatakan akan menghapus status ekspor jalur cepat Korsel. Seoul merespons dengan mengeluarkan Jepang dari daftar mitra dagang tepercaya.
 
Perselisihan itu -- salah satu dari beberapa masalah sejarah yang terus merusak hubungan antara kedua negara tetangga di Asia Timur -- juga telah menghantam hubungan pariwisata dan budaya. Pekan ini, Korsel mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mendirikan kafetaria terpisah bagi para atletnya di Olimpiade Tokyo musim panas mendatang. Alasannya kekhawatiran bahwa mereka dapat diberikan makanan "terkontaminasi" dari Fukushima.
 
AS, yang khawatir melemahnya kerja sama keamanan di kawasan itu, menyatakan kecewa. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo berkata: "Kami kecewa melihat keputusan yang dibuat Korsel tentang perjanjian berbagi informasi itu. Kami mendesak kedua negara untuk terus bekerja sama."
 
"Tidak ada keraguan bahwa kepentingan bersama Jepang dan Korsel amat penting dan keduanya penting bagi Amerika Serikat," tambahnya.
 
Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengatakan Seoul telah "sepenuhnya keliru menilai" lingkungan keamanan dan mengkritiknya karena mencampur kontrol ekspor dengan masalah keamanan.
 
Dia katakan Tokyo telah memanggil Duta Besar Korsel sebagai protes. Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan bahwa terlepas dari berakhirnya GSOMIA, mereka akan mempertahankan postur pertahanan bersama "stabil" berdasarkan aliansi yang kuat dengan AS.
 
GSOMIA memfasilitasi pembagian informasi tentang ancaman nuklir dan rudal Korut, yang tetap ada meskipun serangkaian KTT dan negosiasi dengan Korut, kata Cho Tae-yong, mantan penasihat keamanan nasional Korsel yang bekerja pada kesepakatan ketika pertama kali ditandatangani. "Mengakhiri GSOMIA bukan hanya kartu yang salah dimainkan untuk menekan Jepang, tetapi juga tidak membantu keamanan kita," katanya.
 
Sementara Tiongkok dan Rusia menjadi lebih tegas di kawasan itu. Mereka menerbangkan patroli udara militer bersama secara perdana pada Juli, yang memicu insiden internasional dengan Korsel dan Jepang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan