"Di rapat PBB, mereka sering sebut Indonesia, badan anti-korupsi Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga sangat terkenal. Kami ingin belajar dari KPK," kata Abdul ketika ditemui di Hotel Shangrila, Jakarta, Rabu 8 Maret 2017.
Usai berkunjung ke KPK, Abdul melihat bahwa KPK adalah badan independen yang sangat solid. Ia pun tertarik untuk menerapkan apa yang dilakukan Indonesia di Afghanistan, sekembalinya ia nanti.
"Afghanistan juga punya lembaga pemberantasan korupsi, namun di bawah naungan pemerintah. Kami ingin nantinya kami punya lembaga seperti KPK untuk masa depan Afghanistan," tuturnya lagi.

Lembaga ini, lanjut dia, adalah lembaga yang dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden. Lembaga ini juga baru saja berdiri pada Juni 2016 lalu, sehingga masih harus banyak belajar.
Sebelum adanya lembaga dan pemerintahan baru di Afghanistan, peringkat dua negara paling banyak terjadi korupsi diduduki oleh negara ini. Namun, setelah peralihan pemerintahan baru, posisi Afghanistan menurun jadi nomor 8.
"Ini artinya, pemerintahan baru bekerja keras untuk menanggulangi korupsi," tegasnya.
Abdul mengatakan, situasi dan kondisi Afghanistan yang lebih dari 35 tahun terjadi perang dan konflik, membuat pemerintah sulit untuk mengelola sebuah lembaga anti-korupsi.
"Tapi, pelan-pelan kami akan bangkit dari kondisi yang sudah hancur ini," ucap Abdul.
Abdul juga menegaskan, bahwa kondisi dan situasi perang tidak menyebabkan terjadinya korupsi di Afghanistan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id