Anak-anak Rohingya yang kehilangan orangtua mereka usai melarikan diri dari Rakhine. (Foto: AFP)
Anak-anak Rohingya yang kehilangan orangtua mereka usai melarikan diri dari Rakhine. (Foto: AFP)

Mimpi Buruk Wanita dan Anak-Anak di Kamp Pengungsian Rohingya

Willy Haryono • 22 Oktober 2017 08:10
medcom.id, Cox's Bazar: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan jumlah pengungsi asal Rakhine -- sebagian besar dari mereka adalah etnis Muslim Rohingya -- yang melarikan diri ke Bangladesh kini mencapai 589 ribu. 
 
Sekitar 7.000 pengungsi menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh pada Jumat kemarin. Dalam dua tahun terakhir, aksi kekerasan yang dipicu serangan kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army atau ARSA ke beberapa pos polisi Myanmar, meledak di Rakhine.
 
Clive Myrie dari BBC News melaporkan kondisi sesungguhnya dari kamp pengungsian di Bangladesh. Ia menceritakan perjuangan seorang bayi Rohingya berumur enam bulan yang berjuang melawan pneumonia. Bayi itu bernama Mohammad Ibrahim. 

Ibrahim sangat lemah dan mengalami malnutrisi. Dia memiliki peluang 50/50 untuk tetap hidup. Sebanyak 80 persen pasien di pusat medis di Bangladesh adalah Rohingya, dan banyak dari mereka adalah anak-anak yang mengalami malnutrisi. 
 
Seorang ibu dari balita berusia 18 bulan Moshtakima menceritakan mimpi buruk dari banyak wanita Rohingya. 
 
"Kami harus lari desa desa kami. Tapi kami hanya mempunyai sedikit makanan. Saat mendapatkan makanan, saya tidak bisa memberikannya ke anak saya. Dia sangat sakit," tuturnya, seperti dikutip CBS News, 21 Oktober 2017.
 
Ian Cross, mantan pekerja medis dari LEicester, bekerja dengan staf lokal di Bangladesh. "Terkadang saya menangis melihat ini semua," kata Cross. "Sangat menyedihkan."
 
Merupakan kenyataan menyedihkan bahwa hampir 60 persen dari 589 ribu pengungsi asal Rakhie adalah anak-anak dan remaja. 
 
"Banyak keluarga tidak punya apa-apa," kata Christophe Boulierac dari UNICEF. "Mereka mencoba bertahan hidup setiap harinya."
 
Namun ada secercah cahaya di balik kesusahan ini. Sejumlah anak-anak di kamp pengungsian mendapatkan vaksinasi kolera dan penyakit lainnya. Ada juga kesempatan bagi mereka untuk menonton film kartun.
 
Di luar sebuah kamp pengungsian, BBC News menemukan anak berusia 9 tahun yang bernama Mimouna. Dia menggendong adik kecilnya yang bernama Abu. Mimouna masih terlalu muda untuk memahami bahwa adiknya mengalami malnutrisi. 
 
UNICEF bergerak cepat dan merawat mereka berdua. Namun banyak anak-anak selain keduanya yang mungkin tidak memiliki kesempatan pulang ke Myanmar atau melanjutkan hidup.
 
Satu hari usai BBC News mendokumentasikan Mohammed Ibrahim, bayi malang itu meninggal dunia.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan