Dalam beberapa pekan terakhir ini, mereka mengaku mendapat tekanan dari militer Myanmar, yang meminta mereka untuk kembali hidup di Rakhine.
"Militer Myanmar menyiarkan pengumuman tersebut melalui pengeras suara, beberapa meter dari pembatas kawat berduri sepanjang kamp perbatasan," kata pemimpin masyarakat setempat, Dil Mohammad, dikutip dari AFP, Kamis 1 Maret 2018.
Senada dengan Dil, seorang petugas perbatasan mengatakan bahwa tentara Myanmar telah melakukan pengumuman setidaknya 10 sampai 15 kali sehari.
"Kami tidak bisa tidur nyenyak. Sebagian Rohingya di kamp ingin melarikan diri dan berlindung di Bangladesh," ucapnya.
Myanmar mendesak Rohingya untuk segera pergi, dan mengatakan bahwa tanah tempat mereka tinggal saat ini di bawah yuridiksi Myanmar.
Pekan lalu, pejabat Bangladesh dan Myanmar mengunjungi kamp penampungan tersebut dan mendesak para pengungsi untuk kembali ke Rakhine.
Namun, mereka tak akan kembali, kecuali tuntutan kewarganegaraan dan jaminan keamanan mereka dipenuhi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News