Sejumlah transportasi seperti kereta peluru, dan lebih dari seribu penerbangan, dibatalkan. Begitu pula dengan layanan kereta malam Tokyo.
"Topan ini sangat besar dan mustahil bagi warga untuk keluar. Saya melihat hujan dan angin yang luar biasa. Sulit untuk tetap berdiri," kata pejabat kota Shirahama, Yuji Ueno, dilansir dari laman Channel News Asia, Senin 1 Oktober 2018.
Pejabat lokal melaporkan dua orang tewas akibat badai tersebut. Satu tewas karena tertimbun tanah longsor di Tottori, sementara yang lainnya tenggelam di perairan Yamanashi.
Keduanya diyakini tewas pada Minggu 30 September kemarin. Media lokal menyampaikan lebih dari 120 orang terluka dan banyak yang dilaporkan hilang.
Topan Trami mencapai puncaknya dengan kecepatan embusan angin maksimal 216 kilometer per jam. Lembaga cuaca setempat telah memperingatkan potensi banjir dan tanah longsor.
Lebih dari 750 ribu rumah kehilangan pasokan listrik. Layanan telepon seluler juga mengalami gangguan.
Topan ini tidak menghantam ibu kota, namun hujan deras yang terjadi di Tokyo dilaporkan cukup mengkhawatirkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News