"Kim menekankan perlunya untuk lebih meningkatkan kemampuan unit-unit pertahanan di depan dan di front barat untuk melakukan tugas-tugas tempur dan menjaga posisi tempur penuh untuk mengatasi keadaan darurat," lapor kantor berita Korea Selatan, KCNA, disitir Channel News Asia, Jumat, 10 Mei 2019.
Ketegangan meningkat terjadi di tengah kebuntuan dialog AS-Korut. Pasalnya, dalam pertemuan kedua para pemimpin negara tersebut di Hanoi, Vietnam, tak ada kesepakatan yang diraih.
Korut meminta AS untuk mencabut sanksi ekonomi. Namun, Washington menolak mengabulkan permintaan Pyongyang hingga denuklirisasi penuh tercapai.
Negara Komunis tersebut dalam waktu lima hari terakhir sudah menembakkan dua rudal jarak dekat dan menengah mereka. Ini dinilai sebagai bentuk protes atas buntunya kesepakatan nuklir dengan AS.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan tak ada yang bahagia usai Korea Utara melakukan uji coba rudal. Trump mengatakan Pyongyang masih belum siap untuk bernegosiasi.
"Saya tahu mereka ingin bernegosiasi, mereka berbicara mengenai negosiasi. Namun saya pikir mereka tidak siap untuk bernegosiasi," ungkapnya.
Peluncuran pada Kamis, 9 Mei itu terjadi beberapa jam usai Utusan Khusus AS untuk Korea Utara, Stephen Biegun tiba di Seoul, Korea Selatan.
Kedatangan Biegun ke Seoul, untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Korsel terkait denuklirisasi di Semenanjung Korea. Ini kunjungannya pertama kali ke Seoul usai pertemuan tingkat tinggi di Hanoi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News