Selain itu, lebih dari 400 tersangka kasus narkoba juga tewas terbunuh dalam pemerintahan baru ini. Menurut data polisi nasional Filipina, sejak Duterte memimpin, 114.833 orang menyerahkan diri ke polisi. Mereka adalah pengguna dan bandar narkoba.
Seperti dilansir New York Times, Rabu (3/8/2016), aksi ini dilakukan lantaran mereka takut menjadi sasaran pembunuhan polisi dan warga.
Sebelumnya sejak kampanye, Duterte memberikan izin bahkan menjanjikan hadiah bagi polisi yang bisa membunuh bandar narkoba.
Hingga saat ini, sebanyak 420 orang yang tewas ditembak di jalanan. Sebagian besar dari mereka tewas dalam konfrontasi dengan polisi, dan 154 di antaranya dibunuh orang tak dikenal.
Langkah pemerintahan Duterte ini terbukti ampuh menurunkan angka kriminalitas. Polisi mengaku telah menahan lebih dari 2.700 orang yang terlibat perdagangan narkoba atau para pemakainya.
Angka kriminalitas di Filipina menurun 13 persen sejak pemilu. Pada Mei lalu, ada 52.950 kejahatan di Filipina, menurun pada Juni menjadi 46.600.
Dalam pidato kenegaraan pertamanya pekan lalu, Duterte memerintahkan polisi meningkatkan upaya pemberantasan kejahatan hingga tiga kali lipat.
"Kami tidak akan berhenti sampai kartel narkoba terakhir, pemberi dana terakhir, dan bandar terakhir menyerahkan diri atau dipenjara atau terkapar di tanah, jika itu yang mereka mau," ujar Duterte.
Sejumlah pegiat HAM di Filipina pun menentang aksi keras Duterte. Namun Duterte tidak peduli dengan kritikan itu dengan mengatakan bahwa HAM tidak bisa digunakan sebagai tameng untuk menghancurkan negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News