"Amerika Serikat sangat prihatin dengan laporan gerakan paramiliter Tiongkok di sepanjang perbatasan Hong Kong," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, dilansir dari AFP, Rabu, 14 Agustus 2019.
Amerika Serikat mendesak Beijing untuk mematuhi komitmen dalam Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris untuk memungkinkan Hong Kong menjalankan otonomi tingkat tinggi. Pernyataan ini disampaikan setelah Presiden AS Donald Trump tampak acuh terhadap protes tersebut.
Juru bicara Kemenlu AS itu juga menyatakan dukungan untuk kebebasan berekspresi dan berkumpul secara damai di wilayah tersebut. Juru bicara yang tak disebutkan namanya tersebut mengatakan penutupan bandara adalah hal sah di antara warga Hong Kong atas 'hilangnya' otonomi.
"Kami mengutuk kekerasan dan mendesak semua pihak menahan diri, tetapi kami mendukung untuk kebebasan berekspresi dan berkumpul secara damai di Hong Kong. AS dengan tegas menolak tuduhan palsu pasukan asing berada di belakang protes tersebut," tegasnya.
Sebelumnya, Trump dikecam karena pendekatannya yang lepas tangan terhadap protes pro-demokrasi di Hong Kong. Trump menghindari kritik terhadap Beijing bahkan ketika ia mengutip laporan intelijen AS tentang pasukan Tiongkok yang bergerak ke perbatasan wilayah tersebut.
Baca: Trump Dikecam Tak Kritik Tiongkok Terkait Hong Kong
Para pengkritik di kedua sisi spektrum politik menuduh Trump meninggalkan kebijakan lama AS untuk mendukung gerakan demokrasi dan memberi Beijing lampu hijau untuk campur tangan di salah satu pusat keuangan dan perdagangan paling penting di dunia. Hong Kong menjadi wilayah semi-otonomi paling penting untuk Tiongkok.
Ketika para pedemo melawan polisi di bandara Hong Kong Selasa, sebagian menutup lalu lintas udara, Trump tampak ambivalen, mengatakan kepada wartawan bahwa situasinya "sangat rumit."
"Saya harap ini berhasil untuk semua orang termasuk Tiongkok. Saya harap ini berhasil dengan damai, tidak ada yang terluka, tidak ada yang terbunuh," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News