"Kita harapkan negosiasi tersebut dapat dimulai sebelum akhir tahun ini. Dengan PTA tersebut, hambatan tarif perdagangan dapat dihilangkan," tutur Retno, Senin, 28 Oktober 2019.
Untuk penguatan di bidang ekonomi, Retno menambahkan akan memperluas akses pasar manufaktur unggulan yang dinilai memiliki potensi cukup besar di Maroko. Produk-produk Indonesia yang ditawarkan, seperti tekstil, karet, sepatu, elektronik, perabot rumah tangga, serta furnitur.
Retno juga menawarkan kesiapan Indonesia untuk menyuplai minyak sawit, teh dan kopi bagi kebutuhan dalam negeri Maroko. Tak hanya itu, Retno juga memberitahu bahwa industri halal sangat potensial menjadi bagian dari kerja sama ekonomi kedua negara.
Pada 2017, kata Retno, industri halal Indonesia mencapai USD2,1 triliun. Diperkirakan angka ini akan meningkat hingga USD3 triliun di 2023.
"Saya secara khusus mengundang Maroko untuk berpartisipasi dalam Halal Summit pada November 2020," imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Retno juga mempromosikan kesiapan BUMN INdonesia untuk membangun infrastruktur dan transportasi di Maroko. Terutama untuk jalan, jembatan, rel kereta, dan perumahan.
Ada empat nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani dalam pertemuan kedua menteri ini. Pertama penandatanganan MoU Kerja Sama Kelautan dan Perikanan; MoU Perindustrian, Investasi, Perdagangan dan Ekonomi Digital; MoU Kerja Sama Penanggulangan Terorisme; dan MoU Pertukaran Informasi Intelijen Keuangan terkait Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id