medcom.id, Jakarta: Rusia menganggap Amerika Serikat (AS) menggunakan kekuatan militer dengan semena-mena di Suriah dan mendukung kuat oposisi moderat.
Hal ini dianggap memperkeruh suasana Suriah dan seringkali menggagalkan kesepakatan gencatan senjata yang dilakukan oleh Rusia bersama AS.
Berikut wawancara eksklusif Metrotvnews.com, Senin 26 September 2016 dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin tentang kekacauan yang terjadi di Suriah:
Bagaimana Rusia melihat geopolitik sekarang?
Sangat penting untuk mengetahui secara jelas apa yang terjadi sekarang. Menurut saya. dunia sekarang sangat polisentrik. Polisentrik yang dimaksud adalah di mana tak hanya ada satu atau dua negara yang berperan, namun banyak negara.
Tak hanya ada satu dan dua negara yang menjadi aktor aktif, tapi banyak negara. Banyak pengaruh-pengaruh daru negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar, seperti Tiongkok, India, Brasil, Indonesia dan tentu saja Rusia.
Dengan keadaan dunia yang polisentrik, hubungan internasional antar negara harus diperkuat oleh semua pemeran di dunia internasional, tak hanya dilakukan oleh negara besar dengan negara besar saja. Namun, dengan syarat harus tetap berada di koridor hukum internasional.
Tak hanya itu, kekacauan di Suriah disebabkan oleh kekuatan yang semena-mena yang dilakukan oleh AS di manamenggunakan military force. Ini yang membuat keadaan jadi polisentrik. Tentu juga mempengaruhi sektor lainnya seperti agama dan budaya.
Apa yang dilakukan Barat sangat menyebabkan bencana dan mengganggu. Perilaku tersebut tak bertanggung jawab. Saya beri Anda contoh, Yugoslavia, Irak, Libya, Suriah, dan Ukraina adalah contoh yang sudah hancur. Barat mengerahkan kekuatan militer di sana dan hasilnya? Rakyat dan negara tersebut yang menjadi subjek.
Kita bisa katakan bahwa Islamic State (ISIS) dan Al Nusra adalah hasil dari perilaku tak bertanggungjawab dari Barat. Timur Tengah mulai hancur, apalagi Suriah. Suriah dan Irak dikuasai teroris.
Di situasi ini, Rusia menganggap bahwa konsekuensinya adalah lonjakan pengungsi ke Eropa. Negara Barat harus berhenti melakukan tindakan tak bertanggungjawab ini. Itulah mengapa Presiden Putin selalu berkomitmen untuk memerangi ISIS dan Al Nusra dan membantu negara-negara tersebut bangun sebagai negara demokrasi yang rakyatnya hidup damai dan stabil.

Dubes Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin (Foto: Wahyu Dwi Anggoro/MTVN)

Dubes Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin (Foto: Wahyu Dwi Anggoro/MTVN)
Melihat kondisi di Suriah, apa yag telah Rusia lakukan untuk meredakan konflik?
Rusia adalah salah satu aktor dalam proses perdamaian Suriah. Rusia bersama Amerika Serikat dan PBB sepakat untuk melakukan gencatan senjata di Suriah dan juga mengadakan dialog politik.
Harusnya, ada yang bisa disepakati. Untuk tujuan ini sendiri, harus ada dukungan pula dari Suriah untuk memerangi ISIS dan Al Nusra. Berkaitan dengan pemimpin Suriah, itu harus ditentukan oleh rakyat Suriah sendiri, tanpa campur tangan negara lain. Yang harus diketahui adalah saat ini rakyat Suriah dilindungi oleh komunitas internasional.
Di waktu yang sama, Rusia pun sangat berkontribusi dalam pencapaian perdamaian Suriah. Utusan PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, menurut saya, harus lebih aktif lagi dalam dialog politik. Terorisme adalah target Rusia. Kami terus memerangi ISIS di Suriah.
Bagaimana cara Rusia memerangi ISIS dan sesukses apakah operasi serangan udara Rusia?
Basis militer Rusia berada di Moskow. Saat ini, sudah sekitar 10.000 militan ISIS kami hancurkan dengan serangan udara. Rusia sangat berkontribusi untuk memerangi ISIS di Suriah dan Irak. Kontribusi kami sudah jelas dan terorisme harusnya sudah mulai takut.
Apakah Pemerintah Rusia berpikir untuk menurunkan pasukan di darat?
Tidak akan. Kami berpikir bahwa kekuatan kami sangat mendukung Suriah untuk perangi terorisme.
Saya ingin memberi tahu bahwa saya pikir tak ada kemungkinan untuk mencapai perdamaian di Suriah karena Amerika Serikat terus mendukung oposisi Suriah dan tidak mengikuti peraturan gencatan senjata.
Kami berharap bahwa Amerika Serikat bisa mengajak oposisi moderat untuk menjauhkan diri dari teroris dan melakukan gencatan senjata. Dan di situ lah kami bisa perangi teroris. Sangat simpel sebenarnya. Namun, Amerika Serikat tak lakukan itu, hingga berlarut lama hingga sekarang.
Tujuan utama AS adalah tidak memerangi ISIS namun menggulingkan Bashar Al Assad. Tidak ada yang berubah jika Al Assad turun dari jabatannya sekarang. Saya katakan sekali lagi, hanya rakyat Suriah yang bisa menentukan siapa yang memimpin Suriah nantinya, bukan AS, bukan Rusia.
Dunia selalu berpikir bahwa Rusia harus bisa memengaruhi Al Assad untuk turun dari jabatannya. Ini jelas tidak mungkin dilakukan. Ini juga akan memberi imbas ke Suriah sendiri. Akan banyak korban di Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News