Lewat Wakil Sekretaris Kabinet Jepang Koichi Hagiuda, Abe menegaskan pada Moon bahwa masalah nuklir Korea Utara (Korut) adalah masalah yang sangat mendesak.
"Ancaman dari pembangunan nuklir dan rudal Korut telah memasuki tahap baru," kata dia, seperti dikutip Reuters, Jumat 12 April 2017.
"Presiden Abe ingin bekerja sama dengan Presiden Moon untuk mencapai denuklirisasi Korut," lanjut dia.
Namun, Abe menambahkan bahwa dialog demi dialog tidak kan ada artinya bagi Korut. Ia juga meminta Korut untuk menunjukkan 'tindakan tulus dan nyata'.
Dalam percakapan via telepon itu, Moon juga mengatakan pada Abe bahwa masa lalu antara Korsel dan Jepang sedianya tidak menjadi penghalang untuk bekerja sama dalam membuat Korut berhenti memproduksi nuklir.
Masa lalu yang disebut adalah tentang sejumlah wanita Korsel yang dipaksa bekerja di pelacuran Jepang sebelum dan selama Perang Dunia II berlangsung.
Bersama Tiongkok dan Jepang, Korsel akan terus mendesak Korut agar berhenti melakukan uji coba nuklir serta berhenti untuk terus-terusan memproduksi nuklir.
Menjadi pengganti Park Geun-hye yang konservatif, mantan pengacara HAM berusia 64 tahun ini kemungkinan akan merombak kebijakan Korsel mengenai Korut. Tak seperti pendahulunya yang terlihat tidak ingin berdamai dengan Pyongyang.
Memimpin Seoul, Moon disinyalir akan mengguncang status quo negaranya terkait Korut dan AS. Seorang pejabat AS menyebut pemilihan Moon bisa menambah ketidakstabilan hubungan dengan Washington, karena ia mempertanyakan pengerahan sistem pertahanan peluru kendali di negaranya dan mendukung dialog dengan Korut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News