Presiden Joko Widodo bersama Raja Arab Saudi, Salman (Foto: AFP).
Presiden Joko Widodo bersama Raja Arab Saudi, Salman (Foto: AFP).

Muslim Moderat, Jadi Narasi Utama bagi Indonesia di Dunia

Fajar Nugraha • 21 Oktober 2017 14:04
medcom.id, Jakarta: Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki peranan penting untuk mempromosikan Muslim moderat.
 
Indonesia sebagai negara besar, memiliki tanggung jawab untuk menunjukkan bahwa Islam dan demokrasi itu sejalan.
 
"Kita harus bisa menunjukkan naratif itu untuk melawan narasi Islam yang ekstremis, bahwa Islam itu teroris dan sebagainya. Tidak ada negara muslim lain yang bisa berbicara seperti indonesia. Di timur tengah tidak ada," kata Peneliti Bidang Perkembangan Politik Internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Fortuna Anwar, kepada Metrotvnews.com, Jumat, 20 Oktober 2017.
 
"Tidak ada satu pun negara di Timur Tengah yang bisa menjadi pembicara tentang Islam yang Rahmatan Lil Alamin, hanya Indonesia. Bahwa Islam sejalan dengan demokrasi hanya Indonesia. kecuali di tunis, hampir sebuah percobaan demokrasi di Timur Tengah berujung gagal," ungkapnya.
 
"Bicara moderasi, pluralisme dan toleransi ya Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Untuk hal itu suara Indonesia harus lebih lantang," tegas Dewi Fortuna.
 
Menurut Dewi Fortuna, kini saatnya Presiden Joko Widodo berbicara mengenai kekuatan Indonesia lebih lantang. Sikap lantang Jokowi menunjukan bahwa pemerintahnya memberikan perhatian yang memadai untuk isu-isu luar negeri.
 
Sementara di bidang demokrasi dan HAM, banyak sekali kasus negara menjadi semakin tidak demokratis dan merasa ada impunity terhadap pelanggaran HAM. Di sektor ini, Indonesia bisa berperan lagi.
 
Sikap waspada
 
Dewi Fortuna memperingatkan Indonesia harus berhati-hati dalam menjalankan kebijakan luar negerinya saat ini. 
 
Dikatakan Indonesia negara besar, negara besar itu memiliki tanggung jawab besar. Memang tanggung jawab utama kepada rakyatnya sendiri.
 
"Tetapi sesuai dengan amanat pembukaan UUD 45 kita, Indonesia harus turut aktif memperjuangkan perdamaian dunia," jelas Dewi Fortuna.
 
Selama 72 tahun merdeka, Indonesia memiliki legacy atau warisan. Presiden Soekarno, dahulu memperjuangkan anti kolonialisme dan dianggap sebagai juru bicara negara berkembang. 
 
"Legacy (warisan) Indonesia itu orang tetap lihat. Tentu orang tidak ingin melihat indonesia tidak konfrontatif lagi, tetapi kepedulian terhadap hal-hal di luar dirinya itu," imbuh Dewi Fortuna.
 
Kepedulian itu bisa diperlihatkan dengan lebih hati-hati menerima investasi. "Tidak ada free lunch (makan siang gratis). Kita harus melihat, jangan sampai menimbulkan ketergantungan," menurutnya.
 
Dimensi itu tetap harus diberikan perhatian oleh Pemerintah Indonesia, jangan sampai nanti menimbulkan hubungan yang asimetris. Salah satu contoh adalah hubungan dengan Tiongkok, dalam hal ini kita harus tetap menjaga, menarik keuntungan yang bisa diberikan Negeri Tirai Bambu. Tetapi peneliti senior ini memperingatkan bahwa Indonesia tetap harus menjaga jangan terlalu tergantung pada satu sumber. Mencari sumber-sumber investasi lain, sangat penting untuk dilakukan.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan