"Saya sama sekali tidak berniat," ucap Anwar kepada awak media saat ditanya apakah dirinya tertarik bergabung ke kabinet sebelum nantinya menggantikan Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Pernyataan disampaikkan Anwar saat dirinya menghadiri sebuah konvensi di IDCC, Shah Alam, Minggu 24 November. Anwar ditemani sang istri, Datuk Seri Dr Wan Azizah Wan Ismail yang merupakan Wakil PM Malaysia.
Pada 21 November, PM Mahathir mengatakan bahwa perombakan kabinet akan terjadi dalam waktu dekat.
Sebelumnya dalam sebuah pidato, Anwar mendesak semua pihak untuk bersabar dan tidak selalu mengangkat isu peralihan kekuasaan antara dirinya dan PM Mahathir.
"Kita semua perlu memberikan ruang kepada Dr Mahathir, sehingga proses (transisi) dapat berjalan damai," ujar Anwar, dikutip dari Star Online.
"Jika semua proses ini terjadi secara mulus dan damai, maka Dr Mahathir akan lebih mudah menjalankan pekerjaannya, dan saya juga akan lebih mudah saat menerima pergantian kekuasaan," sambung dia.
Anwar menekankan kembali bahwa hanya dewan kepemimpinan Pakatan Harapan yang bisa memutuskan siapa sosok pengganti PM Mahathir. Ini terlepas dari janji PM Mahathir yang akan menyerahkan jabatannya kepada Anwar usai dua tahun berkuasa.
Mahathir kembali menjadi PM Malaysia setelah koalisi Pakatan Harapan menang pemilu pada 9 Mei 2018 mengalahkan UMNO. Mahathir mengalahkan mantan anak didiknya, Najib Razak yang dipenuhi dengan skandal dugaan korupsi.
Bergabungnya Mahathir ke pihak oposisi untuk mengalahkan UMNO sangat mengejutkan. Dia juga mengubur permasalahan dengan Anwar Ibrahim di masa lalu, di mana Anwar dituduh melakukan korupsi dan dipenjara atas kasus sodomi.
Anwar Ibrahim pun menjadi pimpinan PKR setelah mendapatkan pengampunan dari Raja Malaysia, tidak lama setelah oposisi menang pemilu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News